Tuesday, July 25, 1995

PERSATUAN MUSLIM CHINA LAHIR DARI PERLAWANAN MENENTANG JEPANG oleh Fardah Assegaf


      Muslim di Taiwan tampaknya banyak yang mahir tentang peperangan atau pertahanan negara, terbukti dengan adanya sosok terkemuka seperti mantan Menteri Pertahanan Omar Bei atau Bai Chongxi yang kini sudah almarhum, dan mantan Kepala Bagian Angkatan Perang Angkatan Darat Mayor Jenderal (Purnawirawan) Mohammed Wu Huan-Hang.
        "Jenderal Omar Bei adalah menteri pertahanan pertama Taiwan. Ia pindah ke Taiwan Bersama Chiang Kai-shek. Ia juga adalah ketua pertama Persatuan Muslim China (CMA)," ujar Huan-Hang, kepada ANTARA di Taipei baru-baru ini.
        Haji Moh. Wu Huan-Hang yang lahir di Nanking, RRC, 77 tahun lalu, itu telah tiga kali menunaikan ibadah haji, dan kini menjabat sebagai Ketua CMA.
        Persatuan Muslim China didirikan tahun 1938 di China daratan (RRC) sebagai wadah perlawanan menentang penjajahan Jepang, yang berlangsung sekitar setengah abad, ujarnya.
        "Hampir semua anggotanya merupakan aktivis menentang penjajahan Jepang pada saat itu," kata Huan-Hang
        Sejumlah Muslim dari daratan China pertama kali datang ke Taiwan pada abad ke-17 bersama dengan pasukan pimpinan Koxinga dari dinasti Ming.
        Mereka ketika itu mengungsi ke Pulau Formosa (kini Taiwan) untuk mengadakan perlawanan menentang pasukan Mansuria.
        Pada 1949, sekitar 20 ribu Muslim China, yang kebanyakan tentara, guru atau pekerja, pindah ke Taiwan menyusul kekalahan kaum nasionalis dari kelompok komunis di daratan China.
        Dari hampir 21 juta penduduk Taiwan, saat ini sekitar 60 ribu beragama Islam baik karena berasal dari keluarga Muslim maupun pindah agama, menurut Huan-Hang.
        Pemeluk agama Islam di Taiwan adalah Muslim Sunni yang bermazab Hanafi. Rakyat Taiwan antara lain pengikut ajaran agama Buddha, Taoisme, Konfusisme dan Kristen.
        Tiada diskriminasi
        Menurut Huan-Hang, kebebasan beragama dilindungi di Taiwan. "Tidak ada diskriminasi agama disini. Tak ada halangan bagi Muslim Taiwan untuk menduduki jabatan penting. Yang dilihat adalah kemampuannya, bukan agama," katanya.
        Ia menambahkan bahwa dua orang Muslim, pria dan wanita, dari Partai Kuomintang (KMT - Nasionalis) duduk di Parlemen Taiwan saat ini.
        Manajer umum salah satu stasiun televisi di Taiwan adalah seorang Muslim, yaitu Haji Omar Shih, yang juga menjabat sebagai presiden Yayasan Kebudayaan dan Pendidikan China (CICEF). CICEF banyak memberikan beasiswa bagi pelajar Muslim untuk sekolah ke luar negeri, termasuk ke negara-negara Arab.
        Di seluruh Taiwan, kini ada lima mesjid dengan gaya arsitektur Arab, yaitu dua di Taipei, dan masing-masing satu di Lungkang, Taichung dan Kaushioung, kata Huan-Hang.
        Mesjid Agung Taipei dipadati oleh sekitar 400 umat Islam setiap sholat Jum'at yang biasanya dipimpin oleh Imam Dawud Ting, ujar Ishag Ma Shiao Chi, asisten urusan kegiatan pemuda CMA.
        Para Jama'ah tersebut termasuk pendatang dari Indonesia, Ghana dan Turki.
        Mesjid Agung Taipei setiap hari Minggu mengadakan sekolah mengaji bagi sekitar 30 anak-anak Muslim China, yang dibimbing oleh empat orang ustad (guru).
        "Seorang Muslim Indonesia juga sudah menyatakan niatnya untuk membantu membimbing anak-anak mengaji. Selama ini, ada satu atau dua orang Indonesia yang tinggal di Taipei datang ke masjid kami untuk membantu membersihkan mesjid secara sukarela," kata Ishag, yang lahir di Kaushioung 34 tahun lalu.
        Di kompleks mesjid tersebut terdapat pula pusat kebudayaan Islam yang banyak mengadakan kegiatan bagi remaja, termasuk berbagai lomba olahraga dan seminar tentang Islam yang disponsori oleh sebuah SLTA di Taipei.
        Kenapa haram?
        "Kami juga aktif mengadakan da'wah kepada mereka yang berminat tentang Islam," kata Ishag.
        Di kantor CMA, yang terletak bersebelahan dengan Mesjid Agung, Ishag menjadi dai yang disegani termasuk oleh para pemuda Taiwan. Bahkan, para pemuda itu banyak mendapat buku-buku tentang Islam dalam bahasa China dari Ishag.
        "Pemuda tersebut bertemu dengan Muslimah yang ia sukai ketika dinas di Indonesia. Mereka merencanakan untuk menikah. Ia datang kepada kami untuk belajar tentang Islam," jelas Ishag yang telah menunaikan ibadah Haji tahun ini menceritakan tentang seorang pemuda yang datang kepadanya.
        "Dalam sebulan, kadang-kadang tiga orang datang ke kami untuk masuk Islam, namun pernah juga tidak ada yang datang dalam sebulan. Kebanyakan mereka bertanya kenapa Muslim tidak boleh memakan babi," ujarnya.
        Ia biasanya menjelaskan bahwa seorang Muslim harus mematuhi firman Allah termasuk mengenai larangan memakan babi.
        Sebagian dari mereka yang masuk Islam adalah wanita Taiwan yang akan menikah dengan pendatang dari Pakistan atau negara-negara Arab, ujarnya.
        Tahun lalu, delegasi CMA mengadakan kunjungan ke Singapura dan Malaysia dengan sponsor RISEAP (Regional Islamic Da'wah Council of East Asia and the Pacific) serta menghadiri Sidang Umum RISEAP di Bangkok.
        Huan-Hang mengharapkan terjalinnya hubungan antara Muslim Taiwan dan Indonesia dimasa akan datang. "Namun karena tak ada hubungan diplomatik antara negara kita, mungkin agak sulit berhubungan ya?" tambahnya.
        Kepada sejumlah tamu yang mengunjunginya di kantor CMA, Haji Mohammed Wu Huan-Hang menyerahkan kenang-kenangan berupa plakat yang bertuliskan pujian Kaisar Pertama Dinasti Ming Chu Hongwu terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW.
        "Mari kita bergabung dengan kaum Muslim dan menghormati Muhammad," demikian bagian akhir pujian dari Kaisar Chu Hongwu itu.
       
        Secara khusus, Haji Mohammed Wu Huan-hang mengucapkan, salam untuk Muslim di Indonesia dan menantikan kedatangan mereka di Taiwan. (ANTARA SPEKTRUM/T. FA/RI4/SP04) 25 Juli 1995

No comments:

Post a Comment