Friday, March 8, 2002

Usai Banjir, Bahaya El Nino Siap Menghadang oleh Fardah

       Jakarta, 8/3/2002 (ANTARA) - Rakyat dan Pemerintah Indonesia saat ini masih sibuk menghadapi bencana banjir yang telah banyak menimbulkan kerugian dan penderitaan bagi penduduk.
        Sementara itu, pemerintah negara tetangga, Thailand, mulai gencar menyampaikan informasi kepada rakyatnya, khususnya para petani, untuk siap-siap menghadapi El Nino yang membawa kemarau panjang, bahkan mungkin terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
        Rakyat Thailand diminta menghemat air dan menghindari menanam tanaman yang memerlukan banyak air. Peringatan tentang kemarau juga disampaikan oleh beberapa negara lainnya, menyusul terkumpulnya data-data mengenai kemungkinan munculnya kembali "El Nino" --fenomena alam yang ditandai dengan meningkatnya suhu air Lautan Pasifik di bagian Amerika Selatan.
        El Nino, yang artinya 'Anak lelaki kecil' yang muncul tiap dua tahun hingga tujuh tahun sekali pada bulan Desember itu, membawa musim kemarau di sejumlah negara di Asia, Australia dan Afrika.
        Sementara itu, bagi negara-negara di pantai Pasifik di Amerika Selatan, pantai barat Amerika Serikat, sebagian Eropa Barat, beberapa negara di Asia dan sebagian Afrika Timur, justru sebaliknya. El Nino di sana akan membawa hujan deras dan banjir atau salju.
        El Nino, yang menunjukkan gejala makin ekstrim baik frekuensi maupun intensitasnya akibat dampak pemanasan global (global warming), biasanya berlangsung selama 12 bulan hingga 36 bulan.
        Pada tahun 1997-1998, El Nino telah menewaskan sekitar 24.000 orang, kebanyakan dari mereka mati kelaparan dan menyebabkan kerugian 34 milyar dolar AS di berbagai negara.
        Badan Meteorologi Australia mengatakan bahwa tanda-tanda El Nino saat ini memang masih sangat awal, tapi sangat mungkin terjadi atau bahkan dua kali lipat dari normal.
        Sementara itu, Badan Kelautan and Atmosfir Amerika Serikat(NOAA) mengatakan, apabila tanda-tanda El Nino tersebut terus berlanjut maka diperkirakan akan berkembang penuh pada bulan Desember 2002.
        Seorang akademisi Australia, Jim Fox,--yang pernah meramal dengan benar bahwa pada tahun 1998 El Nino akan menyebabkan Indonesia banyak mengimpor beras--, mengatakan bahwa 10 dari 11 indikasi yang ia amati menunjukkan adanya transisi kemunculan El Nino.
        Namun kepastian tentang kedatangan kembali El Nino, baru bisa dipastikan dalam empat minggu hingga enam minggu mendatang, kata Fox seperti dikutip Reuters.
        Indonesia menurut perkiraannya adalah negara pertama yang bakal mengalami perubahan pola cuaca karena El Nino. Pada tahun 1997/1998, musim kemarau panjang yang dipicu El Nino tersebut telah menyebabkan kebakaran hutan yang sulit dikontrol dan menimbulkan asap tebal yang mengganggu kesehatan manusia maupun perjalanan sejumlah alat transportasi darat dan udara, baik di Indonesia sendiri maupun di beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunei dan Thailand.
        Ratusan ribu hektare sawah tanaman padi gagal panen sehingga Indonesia kekurangan beras dan terpaksa harus mengimpornya. Kelaparan juga menimbulkan korban jiwa di beberapa daerah, khususnya di wilayah Irian Jaya.
        Untuk mengantisipasi kelaparan tahun ini akibat El Nino, Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) telah mengimbau negara-negara Asia untuk mulai menyimpan cadangan makanan pokok, seperti beras.
        Negara China telah menganjurkan para petaninya untuk menghemat air guna menghadapi kemarau mendatang.
        Program Pangan Dunia PBB (WFP) juga meramalkan bahwa sekitar 700.000 penduduk di Amerika Tengah akan menghadapi resiko kelaparan akibat dampak El Nino. WFP telah merencanakan program bantuan untuk negara-negara Amerika Tengah, khususnya bagi anak-anak yang dikhawatirkan kekurangan gizi, khususnya di Guatemala.
        Kemarau tahun lalu di Honduras, Guatemala, Nikaragua dan El Salvador telah menyebabkan 1,5 juta orang kelaparan dan kerugian ekonomi sebesar 189 juta dolar AS karena panen banyak yang gagal.
        Rupanya ramalan akan datangnya El Nino ini sudah mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia juga. Menurut Menristek Hatta Rajasa, guna mengantisipasi kemungkinan datangnya El Nino tahun ini, hujan buatan akan dipersiapkan di 50 wilayah yang kondisinya dianggap rawan bencana.

        Dalam Rakor Menteri Ekonomi di Depkimpraswil di Jakarta, awal bulan Maret ini, telah ditetapkan 50 daerah di Indonesia yang kondisinya di bawah normal sehingga Menko Perekonomian telah menginstruksikan untuk menyiapkan hujan buatan di daerah-daerah tersebut, kata Hatta Rajasa.

        Pakar kelautan, Dr. JR Harger dari Selandia Baru-- yang telah bertahun-tahun mengamati perkembangan dan dampak El Nino di Indonesia-- mengatakan bahwa masalah keamanan pangan merupakan hal utama yang harus diperhatikan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi fenomena alam ini.

oleh Fardah Assegaf. Jakarta, 8 Maret 2002.

No comments:

Post a Comment