Friday, March 23, 2012

Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China oleh Fardah

      Jakarta, 23 Maret 2012  (ANTARA) - Nabi Muhammad SAW konon pernah menganjurkan umat Islam untuk mencari ilmu bahkan jika harus merantau ke negeri sejauh China.
      Hanya beberapa tahun setelah Rasululah wafat, Khalifah Usman bin Affan mengutus sahabat Saad bin Abi Waqash ke China atau Tiongkok untuk menyebarkan ajaran Islam di masa pemerintahan Zhenguan (627-649), di awal dinasti Tang.
       Umat Islam bisa berziarah ke makam Abi Waqash di Guangzhou, Provinsi Guangdong, yang dulu disebut Kwangtung atau Kanton, yang terletak di China bagian selatan. Di Guangzhou, juga terdapat mesjid agung tertua di China yang dinamakan Huai Sheng, yang artinya "untuk mengenang Nabi SAW".

      Sejak masuknya Islam lewat Jalur Sutera ke China di abad ke-7, 10 suku minoritas yang berpenduduk sekitar 20 juta, dari keseluruhan 56 suku di China, memeluk agama Islam. Ke-10 suku minoritas beragama Islam itu adalah Hui, Uygur, Kazak, Kirgiz, Ozbek, Tatar, Tajik, Salar, Dongziang dan Bonan.
       Pemerintah China secara resmi mengakui kehidupan beragama bagi penganut lima agama, yaitu Buddha, Tao, Islam, Katolik dan Protestan.
      Bila kaum Muslimin Indonesia di zaman kini ingin belajar ke China, tentu saja bukan untuk belajar ilmu agama Islam, tapi ilmu duniawi yang bisa mendorong pembangunan dan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
  

Raksasa ekonomi

Sejak reformasi ekonomi yang dipelopori oleh Deng Xiaoping lebih dari 30 tahun lalu, China kini telah menjelma menjadi raksasa perekonomian dunia ke-dua setelah Amerika Serikat, dan menggeser kedudukan Jepang.
      Mao Zedong dikenal sebagai pemimpin revolusioner yang membawa kebebasan dengan mendirikan Republik Rakyat China (RRC), dan Deng Xiaoping merupakan pemimpin yang membawa rakyat China kaya, ujar Ma Jisheng, Deputi Direktur Jenderal urusan Informasi Kementerian Luar Negeri China di Beijing, pada 13 Maret 2012.
      Untuk apa kebebasan jika rakyatnya miskin, katanya kepada wartawan Indonesia yang diundang oleh Pemerintah China untuk berkunjung ke Beijing, Yinchuan (Provinsi Ningxia), dan Guangzhou, pada pertengahan Maret lalu
      Ketika ditanya apakah China kini masih negara komunis atau sudah menjadi kapitalis, ia menjawab China masih komunis tapi terbuka untuk mengambil pelajaran dari ideologi apa saja yang bisa membawa kemakmuran bangsa.
 
Turunkan

Pertumbuhan ekonomi China mencapai 10,3 persen selama 2010 dan 9,2 persen di 2011, dari target 8 persen angka pertumbuhan yang ditetapkan Beijing. Banyak pengamat yang menyebut roda perekonomian China overheated. Untuk tahun ini, pemerintah China sengaja menurunkan target di 7,5 persen.

Di bidang perdagangan luar negeri, total volume perdagangan mencapai 3,64 triliun dolar AS pada 2011, naik 22,5 persen dari tahun sebelumnya. Ekspor dan impor tumbuh masing-masing 20,3 persen dan 24,9 persen. China tak lagi bernafsu besar untuk mencapai surplus perdagangan dengan negara lain, karena dianggap sebagai beban. China kini lebih menyukai perdagangan yang berimbang, aku seorang pejabat China.

Bila pada tahun 1970-80an, jalan-jalan di China tampak sesak dan semrawut karena dipenuhi sepeda dan motor, maka kini jalan-jalan di sejumlah kota China tampak sangat lebar, cukup lengang, bersih dan teratur. Yang pasti tidak ada kemacetan luar biasa seperti di Jakarta.

Motor sangat jarang tampak di kota-kota besar seperti Beijing, Guangzhou dan Yinzhuan karena motor dilarang dijalankan di kota-kota besar oleh pemerintah dengan alasan dapat menyebabkan polusi, meningkatkan kecelakaan lalu lintas dan kejahatan. Motor hanya boleh jalan di desa atau pinggir kota.

Harga bensin di China sekitar Rp12,000 per liter tapi rakyat tidak perlu khawatir karena moda transportasi umum seperti bis-bis besar dan kereta api bawah tanah tersedia dengan cukup, nyaman dan sangat murah. Para supir kendaran umum tidak perlu kebut-kebutan untuk mengejar setoran dengan membahayakan nyawa penumpang atau pengendara lain di jalanan. Para supir bis digaji oleh pemerintah China.

Jalan-jalan di China memang sangat lebar dan mengakses kemana-mana, bahkan di daerah pegunungan dan padang pasir. Seorang pejabat China mengatakan pemerintah mementingkan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan-pelabuhan besar, serta penyediaan kendaraan umum yang memadai karena hal itu bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat.



Bangun jalan

Pernyataan itu diamini oleh Dubes Indonesia untuk China Imran Cotan ketika berbicara kepada wartawan Indonesia di Beijing, 14 Maret 2012, dengan mengutip pepatah China: "Jika ingin kaya raya, bangunlah jalan raya".

Pepatah kuno itu diterapkan dalam pola pembangunan ekonomi China yang menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur di darat, laut, dan udara, guna memperlancar roda perekonomian dan arus lalulintas bagi masyarakat. Dengan tersedianya jalan-jalan yang besar hingga ke pelosok-pelosok tersebut, maka perdagangan lebih efisien dan efektif, termasuk dari segi pembiayaan.

Di bidang industri dan teknologi, China pun tak mau ketinggalan dengan negara-negara maju lainnya. Negara yang bersejarah sangat panjang dan maju ini, telah mampu memproduksi sendiri motor, mobil, kapal, pesawat terbang, roket dan peralatan tekhnologi canggih lainnya.

Ketika wartawan Indonesia diajak berkunjung ke kantor pusat China National Offshore Oil Corporation (CNOOC- Perusahaa Minyak Bumi Lepas Pantai China), pejabat CNOOC memamerkan kehebatan perusahaan itu, yang tidak hanya pandai menyedot minyak, tapi mampu membuat sendiri berbagai peralatan canggih untuk menopang operasi CNOOC, misalnya berupa teknologi canggih untuk memonitor kandungan minyak di dasar laut dan kapal tanker untuk memuat minyak dan LNG.

CNOOC, yang merupakan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dengan BP Migas, antara beroperasi di Blok South East Sumatera (SES) dan Proyek LNG Tangguh di Papua.

Di bidang tekhnologi pertanian, China juga bisa mengubah hal yang tampak tidak mungkin menjadi berhasil, seperti misalnya di daerah Liangtian dan Xinyuan, di Provinsi Ningxia, yang berpenduduk mayoritas suku Muslim Hui.

Liangtian dulunya merupakan daerah gurun pasir yang mengancam kelestarian lingkungan karena wilayah gurunnya cenderung meluas dan melahap daerah hijau di sekitarnya. Namun berkat kerja keras selama 20 tahun dan dengan mendatangkan penduduk pegunungan yang sangat miskin sebagai warga transmigran di Liangtian, wilayah gurun pasir itu berhasil diubah menjadi perkebunan sayuran dan buah-buahan seperti tomat dan semangka.

Baik di musim dingin maupun musim panas, petani transmigran tersebut bisa tetap berproduksi dengan menanam di tanah yang menggunakan sistem rumah kaca yang sederhana tapi cukup canggih. Rumah kaca itu menggunakan penutup plastik dan ditambah jerami yang dirajut sebagai selimut di malam hari untuk melindungi tanaman dari hawa dingin.

Sistem pengairannya menggunakan pipa air yang sebagian di tanam dekat akar tanaman agar penggunaan air lebih hemat dan efektif. Semua itu tak terlepas dari dukungan dan bimbingan pihak pemerintah yang banyak memberi subsidi berupa peralatan untuk membuat rumah kaca, pipa air dan bibit tanaman. Para petani mendapat bimbingan cara bercocok tanaman dengan menggunakan sistem rumah kaca, dan hasil panen mereka di tampung pihak koperasi untuk dipasarkan ke berbagai daerah.

Setiap keluarga transmigran mendapatkan satu unit ladang rumah kaca berbentuk mirip separuh kapsul itu seluas 8 x 60 hingga 80 meter. Dengan ladang yang cukup kecil itu, mereka bisa panen tiga kali setahun, yaitu dua kali panen semangka dan satu kali sayur. Untuk semangka, sekali panen bisa menghasilkan 3.600 kg, sedang sayuran, tomat misalnya, mencapai 10.000 kg.

Bila mereka telah mampu secara finansial, mereka bisa membeli ladang lebih luas lagi.Yang lebih mengherankan lagi adalah proyek penghambat perluasan gurun pasir di Baijitan , yang juga terletak di Ningxia. Proyek pelestarian lingkungan ini mencakup ladang rumput ilalang yang diharapkan meliputi daerah seluas 200.000 hektare dan penghutanan gurun pasir yang kini mencapai 20.000 hektar.

Upaya penghijauan ini dilakukan sejak 50 tahun lalu untuk mencegah Gurun Pasir Maowusu agar tidak meluas ke selatan dan barat. Salah seorang pelopor proyek "edan" ini adalah seorang warga suku Hui yang bernama Islam Ismail, atau lebih dikenal dengan julukan si Hidung Besar. Ismail terdorong untuk menghijaukan padang pasir karena rumahnya pernah hilang ditelan padang pasar.

Setiap tahunnya sekitar 400 penduduk lokal bekerja menghijaukan gurun pasir ini, dan dibantu oleh 200 sukarelawan yang antara lain terdiri atas pelajar. Di tengah-tengah gurun pasir ini, terdapat kebun buah antara lain jujuba dan tempat rekreasi yang cukup asri dan cantik, serta replika Tembok Besar China.

Berpindah dari Ningxia yang terbilang agak pedesaan namun memiliki banyak jalan-jalan yang luas dan gedung-gedung tinggi, ke Guangzhou di Provinsi Guangdong, pemandangan sangatlah kontras, karena Guangzhou merupakan kota metropolitan yang sangat modern.

Guangdong merupakan salah satu dari 40 daerah pesisir yang dipilih sebagai daerah percobaan reformasi dan keterbukaan yang dimulai di China sejak 30 tahun lalu oleh Deng Xiaoping.

Guangzhou adalah salah satu sentra industri utama di China, dan menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 2010. Ketika rombongan wartawan Indonesia diajak berkunjung ke kantor pusat pabrik peralatan elektronik Vtron Technologies LTD, tuan rumah menyuguhi demonstrasi peralatan canggih seperti Interactive Digital Boards (IDB) yang bakal menggantikan fungsi papan tulis di sekolah-sekolah.

Papan tulis modern ini berbentuk layar sentuh LCD yang wireless dan antara lain bisa membuka jendela dunia secara langsung di hadapan murid-murid di ruang kelas. Bila ini digunakan di desa-desa, maka akan membuat revolusi di bidang pendidikan di masa depan.

Namun Deputi Direktur Jenderal urusan Asia di Kementerian Luar Negeri China, Hong Liang mengakui di hadapan sejumlah wartawan Indonesia di Beijing bahwa masih ada daerah-daerah yang tertinggal di China, sehingga pemerataan pembangunan masih menjadi tantangan bagi pemerintah.

Satu hal lagi yang bisa dipertimbangkan untuk bisa dipelajari dari China adalah hukuman seberat-beratnya, bahkan hingga hukuman mati, bagi pengedar narkoba dan koruptor.

Kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Beijing, pada 22-24 Maret 2012, semoga bisa menjadi momentum untuk belajar hal-hal yang baik dan bisa membawa kemakmuran bagi rakyat Indonesia, sebagaimana keberhasilan yang dicapai pemerintah China dalam tiga dekade terakhir untuk membuat rakyatnya sejahtera. (*)
(t. F001/ b/a011)
COPYRIGHT © 2012


  1. Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China - Cekinfo Forum

    forum.cekinfo.com/showthread.php?t... - Translate this page
    1 post - 1 author - 23 Mar 2012
    Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China Indonesia. ... Reload this Page Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China ...
  2. Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China - Yiela

    www.yiela.com/.../telaah--semakin-relevan-... - Translate this page
    Nabi Muhammad SAW konon pernah menganjurkan umat Islam untuk mencari ilmu bahkan jika harus merantau ke negeri sejauh China.
  3. Semakin relevan untuk belajar dari China : News Headline

    getlocalne.ws/.../indonesia.../antara_news_1... - Translate this page
    Mar 23, 2012 – Semakin relevan untuk belajar dari China : News Headline published by Antara Press Agency from Indonesia.
     
     
    1. Twitter / suara Islam: Telaah - Semakin relevan u ...

      twitter.com/suara.../183201701250084864 - Translate this page
      Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China http://t.co/M4cZbyDk. ... Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China dlvr.it/1Lwl6P 6:41 AM Mar 23rd ...
    2. Twitter / 21KataCinta: Telaah- Semakin Relevan Untuk ...

      https://twitter.com/21KataCinta/status/183189064621625344
      Mar 23, 2012 – Telaah- Semakin Relevan Untuk Belajar Dari China: Nabi Muhammad SAW konon pernah menganjurkan um... http://bit.ly/GSgNLi ...
    3. Twitter / gastia: Telaah - Semakin relevan untuk ...

      twitter.com/gastia/statuses/183193951753338881
      Mar 23, 2012 – Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China - ANTARA: Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari ChinaANT... http://bit.ly/GMaUjv ...
       

      Twitter / suara_islam: Telaah - Semakin relevan untuk ...

      c1t.de/index.php?q...
      Mar 23, 2012 – suara Islam ‏@suara_islam 23 Mar. Telaah - Semakin relevan untuk belajar dari China http://dlvr.it/1Lwl6P. Reply; RetweetedRetweet; Delete ...

No comments:

Post a Comment