Jakarta, 9/3/1991
(ANTARA) - Dubes Palestina untuk Indonesia Ribhi Halloum, dalam suatu
pernyataannya yang dikeluarkan di Jakarta, Sabtu, menolak pernyataan
Henry Kissinger yang berpendapat bahwa rakyat Palestina tidak perlu
diwakili dalam usaha mencari penyelesaian masalah Timur Tengah.
Henry Kissinger, mantan Menlu AS, dalam wawancara yang disiarkan RCTI
dan diterbitkan harian The Jakarta Post, Jumat (8/3), mengatakan bahwa
Arab Saudi, Mesir, Suria dan Yordania mesti mewakili rakyat Palestina
dalam berbagai perundingan mengenai masalah Timur Tengah.
Kissinger juga menyerukan agar rakyat Arab berhenti bersembunyi di balik PLO.
Menurut Dubes Halloum alias Abu Firas, sebenarnya Kissinger sendiri-lah
yang berusaha menyembunyikan rasa tidak senangnya kepada Arab pada
umumnya serta Palestina khususnya, di balik kata-katanya, dan bukannya
rakyat Arab yang bersembunyi di balik PLO.
"Seharusnya
Kissinger bersikap lebih pandai dengan membatasi pembicaraannya sesuai
dengan misi kedatanganya kemari dan masalah bilateral AS dan Indonesia,"
kata Dubes.
Ketika diwawancarai, Kissinger juga menolak
untuk menggunakan kata "pendudukan" Israel di Tepi Barat dan Jalur
Gaza, tapi ia hanya menyebutnya sebagai "aneksasi", demikian pernyataan
Dubes Palestina.
Abu Firas menegaskan bahwa PLO masih
tetap sebagai satu-satunya wakil rakyat Palestina yang sah hingga kini,
dan hal itu telah diakui di seluruh dunia termasuk oleh Gerakan
Non-Blok, Organisasi Konperensi Islam (OKI) dan PBB.
Tidak ada satu negara pun yang mempunyai hak untuk memerintah kepala
negara Arab mana pun mengenai siapa yang harus mereka calonkan sebagai
wakil dalam Konperensi Perdamaian Arab-Israel, ujar Dubes Ribhi Halloum
melalui pernyataannya tersebut. (Tz/TN-01/DN-001/91-03-09-19:00/B)