Wednesday, February 6, 2002

PALESTINA INGIN AS BERPERAN SEBAGAI PENENGAH YANG ADIL

    Jakarta, 6/2/2002 (ANTARA) - Palestina, yang diduduki Israel sejak 1967, memerlukan dukungan Amerika Serikat (AS), terutama untuk berperan sebagai penengah yang adil dan jujur dalam proses perdamaian Timur Tengah, kata Duta Besar Palestina untuk IndonesiaRibhi Awad, Rabu.
        "Palestina merupakan satu-satunya negara di peta dunia yang masih diduduki. Sudah cukup 35 tahun Palestina diduduki oleh Israel. Pendudukan ini harus diakhiri karena merupakan bentuk terorisme yang paling besar," ujar Dubes Awad dalam wawancaranya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

       "Kami membutuhkan orang seperti Presiden Dwight D. Eisenhower. Ia politisi yang hebat dan berani mengabaikan lobi Yahudi," katanya. Lobi Yahudi sering mempengaruhi kebijakan-kebijakan Pemerintah AS mengenai konflik di Timur Tengah khususnya.
        Dwight Eisenhower (1890-1969; Presiden AS yang ke-34) memerintahkan Israel untuk meninggalkan tanah Mesir setelah Israel, Inggris dan Perancis menyerang Mesir pada perang Terusan Suez.
      "Pejuang Palestina adalah pejuang kemerdekaan, bukan teroris. Piagam PBB mendukung rakyat yang diduduki wilayahnya untuk berjuang bagi kemerdekaan mereka. Perjuangan bangsa Palestina melakukan perjuangan yang sah dan adil untuk melawan pendudukan Israel," tambahnya.
      Israel selama ini masih menduduki sebagian wilayah Gaza and Tepi Barat di Palestina, daerah pertanian Shabaa di Lebanon selatan dan Dataran Tinggi Golan di Suriah.

        "Kami juga mengimbau AS untuk mematuhi '14 butir' yang dikeluarkan oleh Presiden Woodrow Wilson mengenai komitmen hak menentukan nasib sendiri bagi semua bangsa," katanya.

        Wodroow Wilson (1856-1924; Presiden AS yang ke-28) mengeluarkan pernyataan '14 Points' (butir) sebagai dasar bagi penyelesaian damai. Ia mendapat Hadiah Perdamaian Nobel pada tahun 1919.

        Menurut Awad, rakyat Amerika mestinya bertanya pada pemerintah mereka sebagai berikut: "Hingga kapan pemerintahan kita terus dibajak oleh lobi Yahudi? dan hingga kapan, kita, rakyat Amerika yang membayar pajak, dipaksa untuk menyediakan persenjataan canggih, seperti F16, kepada Israel yang digunakan untuk membunuh orang Palestina?"

        Diplomat senior Palestina ini menjelaskan bahwa situasi Palestina kini sangat buruk karena tindakan brutal Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel Ariel Sharon. Setiap hari Israel merobohkan rumah-rumah, merusak prasarana dan membunuh rakyat Palestina.

        Sharon yang terus memojokkan Arafat berusaha mempermalukan Arafat dan menjadikan Arafat sebagai 'tahanan rumah' dengan menghancurkan lapangan terbang dan helikopternya di Ramallah.

        Menurut Awad, Sharon memang sudah lama tidak setuju dengan solusi damai konflik Timur Tengah serta ia mengabaikan berbagai kesepakatan maupun aturan internasional. Sementara, Arafat selalu melalui proses damai dan telah melakukan langkah-langkah efektif untuk mencegah tindakan yang disebut sebagai radikal atau ekstrim.

        "Presiden Arafat merupakan pemimpin Palestina yang dipilih secara demokratis. Ia merupakan mitra damai yang terbaik. Arafat merupakan satu-satunya pemimpin Palestina yang berani memberikan konsensi yang begitu banyak demi perdamaian. Berpikir untuk menyingkirkan Arafat, tidak akan menguntungkan bagi perdamaian yang sejati," kata Awad.

        "Sharon pernah mengatakan ia menyesal tidak membunuh Arafat ketika Markas Besar PLO di Lebanon diserang 20 tahun lalu. Bagaimana seorang kepala negara bisa berkata seperti itu?" ujar Dubes yang menyebut Sharon sebagai orang haus darah.

        Sharon merupakan penjahat perang yang bertanggungjawab terhadap pembantaian rakyat Palestina di kamp Saba dan Satila di Lebanon pada bulan Agustus 1983 dan membunuh puluhan rakyat Palestina di Kibia, Palestina, pada tahun 1950-an, tambahnya.

        Tanpa pilih-pilih

        "Kami ingin melihat Amerika menerapkan prinsip hak asasi manusianya secara adil dan tanpa pilih-pilih. Kami ingin melihat AS memperhatikan kepentingannya di Timur Tengah, dan hal ini hanya dapat dipertahankan jika negara Palestina yang merdeka terwujud dan memperoleh kembali hak-hak asasi serta hak bernegaranya di tanah kami sendiri," jelas Dubes Palestina itu.

        "Mengapa rakyat Palestina tidak dapat memperoleh hak untuk menentukan nasib sendiri? Mengapa AS mengkampanyekan hak asasi manusia di seluruh dunia, tetapi mengecualikan rakyat Palestina? Mengapa Timor Timur bisa merdeka, tetapi Palestina tidak? Kami tidak meminta hal-hal yang tidak mungkin atau tidak terpikirkan dari AS," tegas Awad.

        Perjuangan rakyat Palestina adalah untuk melawan pendudukan Israel. Jika Israel memakai alasan keamanan rakyatnya, rakyat Palestina, sebagai sesama manusia, juga perlu keamanan.

        "Dunia mestinya menekan kebijakan Sharon yang anti damai itu," kata diplomat senior ini.

        Presiden Yasser Arafat dalam artikelnya di harian the New York Times baru-baru ini menulis bahwa visi Palestina mengenai perdamaian adalah berdirinya negara Palestina yang merdeka di tanah yang diduduki Israel sejak tahun 1967, dan menjadi tetangga yang setara dengan Israel dengan damai dan aman baik bagi rakyat Israel maupun Palestina.

        Pemimpin Palestina yang kini sedang ditekan oleh Sharon maupun Presiden AS Bush ini, menegaskan kembali bahwa Palestina mengakui hak Israel untuk berdiri di atas 78 persen tanah yang dulunya milik Palestina, dan negara Palestina dibolehkan berdiri merdeka di atas tanah 22 persen sisa tanah, yang hingga kini masih diduduki oleh Israel sejak tahun 1967.

        "Komitmen kami mengenai solusi dua negara tersebut tidak berubah, namun sayangnya hal ini hingga kini tidak ditanggapi dengan semestinya," tulis Arafat. (T.F001/B/A016) 6/02/:2 13:54 0602021348

No comments:

Post a Comment