Bila China harus menunggu selama 100
tahun untuk mewujudkan mimpinya menjadi tuan rumah Olimpiade, Wakil
Presiden Indonesia M Jusuf Kalla berani menargetkan hanya dalam 28 tahun
mendatang Indonesia diharapkan akan menjadi penyelenggara olimpiade.
"Kita harus targetkan setidak-tidaknya paling lambat tahun 2045
Indonesia harus bisa jadi penyelenggara olimpiade," kata Wapres Jusuf
Kalla kepada wartawan di Beijing, China, beberapa saat menjelang
penutupan Olimpiade ke-29 di Beijing.
Mungkinkah Jusuf Kalla kelak akan dikenang seperti Zhang Boling, orang China pertama yang mencetuskan ide penyelenggaraan Olimpiade di China sekitar 100 tahun lalu?
Zhang Boling adalah seorang tokoh pendidikan asal Tianjin, salah satu kota terbesar di China, yang pada 1907 mencetuskan impiannya tentang Olimpiade.
"Lebih dari seratus tahun lalu Zhang Boling melontarkan tiga pertanyaan tentang Olimpiade," ujar Direktur Penerangan Tianjin Xiao Huaiyuan, ketika menerima 62 wartawan dari 17 negara Asia, termasuk dari Indonesia, di Tianjin, akhir Agustus lalu.
Tiga pertanyaan tersebut adalah: kapan China akan mengirim atletnya untuk berpartisipasi di Olimpiade?, kapan China mengirim kontingen atletnya ke Olimpiade?, dan kapan China akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade?.
Xiao bangga karena Zhang Boling, yang membawa mimpi Olimpiade ke China untuk pertama kalinya itu, adalah warga kelahiran Tianjin, sekitar 120 km dari Beijing.
Menurut buku "The Man Who Brought The Olympics to China" The Story of Zhang Boling", Zhang Boling dilahirkan di Tianjin, pada 5 April 1876, pada zaman Kaisar Guangxu yang memimpin Dinasti Qing.
Tianjin, yang kini dibangun menjadi kota pelabuhan terbesar kedua setelah Shanghai di China dan keenam di dunia, dulu sebagian wilayahnya adalah tanah terlantar ibarat tempat "jin buang anak".
Ayah Boling, Zhang Jiu'an, adalah seorang pemain alat musik yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya.
Ketika Boling masih bayi, ia meminta seorang penyair terkenal di Tianjin, Yu Zeiji, untuk membuat puisi, yang berbunyi: "Nama dan kekayaan dapat menghilang seperti debu. Dengan segala kebijaksanaan dan kebanggaan saya terhadap musik, saya dapat menikmati waktu luang dan kesederhanaan hidup saya. Hanya anak saya yang terpelajar yang dapat membuat hidup saya kaya dan bermakna".
Boling dewasa mendirikan Sekolah Nankai, dari tingkat SD hingga universitas, karena ia percaya bahwa pendidikan merupakan fondasi untuk membangun bangsa yang kuat.
Nakai menjadi sekolah yang terkenal karena memiliki fasilitas olahraga yang lengkap, guru-guru yang cakap, dan menghasilkan atlit yang unggul.
"Untuk memperkuat bangsa kita, kita pertama-tama harus membuat rakyat kita kuat, yang hanya bisa dicapai dengan latihan untuk memperkuat tubuh," tegasnya.
Pada upacara penyerahan hadiah di "Pertemuan Olahraga Antar Sekolah di Tianjin ke-5", 24 Oktober 1907, Boling menyampaikan pidatonya yang terkenal mengenai Olimpiade.
Ia memperkenalkan penyelenggaraan Olimpiade modern dan mengatakan China harus belajar dari negara-negara Eropa yang mengirimkan atletnya untuk ikut dalam Olimpiade, apa pun hasilnya.
Namun, ia tidak hanya menyebarkan impiannya tentang Olimpiade, ia juga langsung berbuat banyak untuk mempersiapkan impiannya tersebut.
Antara lai, dia mendirikan sejumlah perkumpulan olahraga, menyelenggarakan beberapa pertandingan, menulis sejumlah artikel tentang olahraga, dan ia aktif bertanding dalam beberapa pertandingan olahraga.
Ia antara lain mendirikan LSM di bidang olahraga yang pertama di China dan ditunjuk penjadi Presiden Federasi Atletik Amatir Nasional China. Lebih dari itu, ia juga mendorong produksi perlengkapan olaharaga buatan China.
Boling juga berperan penting dalam penyelenggaraan dan persiapan Pertandingan Olahraga China Utara, Pertandingan Olahraga Nasional China, Olimpiade Timur Jauh, dan Olimpiade ke-10, 11, dan 14. Ia bahkan menghadiri Olimpiade di London tahun 1908.
Ia sering sedih melihat China tidak pernah mencetak prestasi di pertandingan olahraga di tingkat regional maupun internasional, walau pun ia percaya bahwa olahraga bukan cuma untuk memenangkan medali, tapi untuk perbaikan fisik dan spiritual juga.
Namun ia tidak pernah lelah untuk mendorong agar olahraga menjadi bagian hidup rakyat China sehari-hari, dan bukan saja di kalangan pelajar. Ia juga sering mengkritik tim China yang dianggapnya sering mau menang sendiri, dan kurang menghargai kerjasama kelompok, yang sebenarnya salah satu kunci sukses dalam pertandingan olahraga.
Dan, kerja keras Boling tersebut tidak sia-sia walau rakyat China harus menunggu dan bekerja keras mempersiapkan diri selama 100 tahun.
Ketika Rapat Pleno ke-112 Komite Olimpiade Internasional (OIC) di Moskow, Rusia, pada 13 Juli 2001, mengumumkan China terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade 2008, rakyat China langsung bergembira merayakan kemenangan tersebut.
Bukan sekadar menang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade ke-29, China juga berhasil membuktikan diri sebagai juara umum Olimpiade dengan mengumpulkan 100 medali, dan 51 di antaranya adalah medali emas.
Indonesia berhasil merebut sebuah medali emas dari cabang badminton pada Olimpiade Beijing 2008. Namun, pada tahun-tahun mendatang persaingan tampaknya akan makin ketat.
Apalagi pada 30 Agustus 2008 lalu, Menteri Olahraga dan Pemuda Malaysia Datuk Ismail Sabri Yaakob mengumumkan tekadnya untuk membuat persiapan dan program khusus agar dapat merebut medali emas pada cabang badminton, sepeda dan panahan pada Olimpiade 2012 di London dan Olimpiade 2016 di Tokyo.
Yang jelas, Jusuf Kalla kini adalah seorang wakil presiden, politikus, dan pengusaha, bukan tokoh pendidikan, olahragawan dan penggerak kegiatan olahraga sebagaimana halnya Zhang Boling di China 100 tahun lalu.
Tapi, mungkinkah Jusuf Kalla berhasil membangun dunia olahraga Indonesia untuk mewujudkan impiannya itu 28 tahun mendatang?
Hanya kerja keras dan kesungguhan yang bisa menjawab, seperti yang Zhang Boling sering katakan, "Jika ada kemauan, pasti ada jalan."
(T.F001/B/s018/s018) 01-09-2008 15:48:22
No comments:
Post a Comment