Thursday, July 30, 1987

Pengeliling Bersepeda Dunia Perancis di Jakarta

     Jakarta, July 30/1987 (ANTARA) - Pasangan muda pengeliling dunia, yang berasal dari Lyons, Perancis, kini berada di Jakarta setelah menempuh jarak 75.000 km dengan sepeda, melewati 33 negara dalam waktu tujuh tahun.
       Claude (34) dan Francoise Herve (30) mengatakan pada pers di Jakarta hari Kamis bahwa mereka masuk ke Indonesia melalui jalan darat pada tanggal 17 Juli dengan menyeberangi perbatasan Indonesia- Malaysia di Serawak menuju Pontianak.

      Mereka tiba di Jakarta pada tanggal 26 Juli dengan mengendarai sepeda yang sama ketika mereka pertama kali meninggalkan Perancis tahun 1980.
       Pasangan suami isteri yang berbadan kecil ini (bila dibanding dengan ukuran tubuh orang Eropa pada umumnya) bercerita bahwa mereka bertemu banyak orang Jawa ketika berada di Kalimantan.
      Jakarta Pada hari pertama ketika mereka tiba di Jakarta, pasangan ini tidur di lapangan terbuka dengan membuat kemah,sebagaimana mereka sering lakukan di negara-negara lain yang mereka lewati.
      Claude beranggapan bahwa arus lalu-lintas di Jakarta tidak sebegitu menakutkan seperti apa yang ia dengar sebelumnya.
      Mereka akan berada di Jakarta untuk beberapa hari dan kemudian akan menuju Bandung. Dari pulau Jawa, mereka akan mengujungi Sulawesi Selatan dan Pulau Bali.

        Dari Kupang (NTT), pasangan pengeliling dunia dengan sepeda pertama kali di dunia ini akan menuju Darwin (Australia) setelah mengayuh sepedanya selama sekitar tiga hingga empat bulan di Indonesia.

        Mereka akan menyelesaikan perjalanan keliling dunia ini di Afrika Utara dalam beberapa tahun lagi setelah sebelumnya mengelilingi Amerika Selatan dan Utara.

        Negara-negara yang telah dilintasinya antara lain Norwegia, Turki, Irak, India, Cina, Mongolia, Malaysia, Thailand dan Filipina.

        Jual Harta Ide untuk mengelilingi dunia dengan bersepeda ini muncul tahun 1979. Kemudian pasangan yang sudah menikah selama 10 tahun dan belum dikarunia anak ini mulai menjual semua harta bendanya dan membeli dua sepeda.

        Mereka belum pernah bersepeda sebelumnya, tapi mereka memutuskan untuk menggunakan kendaraan sederhana ini karena, menurut mereka, hanya dengan cara ini mereka dapat lebih dekat dan mengenal orang- orang yang tinggal di daerah-daerah yang akan mereka lewati, serta bisa belajar bahasa mereka.

        Pengeluaran rata-rata setiap bulan mereka sekitar Rp 500.000,-.

        Di Jepang mereka membelanjakan uang dua kali lipat dari jumlah itu untuk hidup, sementara di India hanya seperempatnya.

        Meraka mengalamai berbagai pengalaman selama perjalanan, antara lain pernah dirampok ketika di Thailand, terkena infeksi di India dan terjangkit Hepatitis di Irak.

        Ketika berada di kamp pengungsi Kamboja selama setahun, Claude, yang ahli tulang (ortopedis) itu, banyak membantu membuat kaki tiruan. Francoise adalah ahli tata ruang. (TE14/A04/87-07-30/mb).

No comments:

Post a Comment