Saturday, September 11, 1993

DUBES PALESTINA: BELUM WAKTUNYA PENGAKUAN DUNIA TERHADAP ISRAEL

      Jakarta, 11/9/1993 (ANTARA) - Dubes Palestina untuk Indonesia Ribhi Awad berpendapat belum waktunya Israel mendapat imbalan berupa pengakuan dunia walaupun PLO dan Israel telah saling mengakui.
      "Tekanan politik dan diplomatik terhadap Israel mesti diteruskan, bahkan ditingkatkan, hingga Israel sungguh- sungguh bersedia memenuhi keinginan rakyat Palestina untuk merdeka," ujar Dubes Awad kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.
      Pemimpin PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) Yasser Arafat di Tunisia, Kamis petang, menandatangani dokumen yang mengakui eksistensi Israel, disusul dengan keputusan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin di Jerusalem, Jum'at, untuk mengakui PLO jadi wakil rakyat Palestina.
       Saling pengakuan ini diharapkan membuka jalan bagi penandatanganan persetujuan otonomi terbatas Palestina, yang dijadwalkan akan berlangsung Senin (13/9) di Washington D.C., AS.
      "Selama kami memandang perjanjian (PLO-Istrael) ini sebagai suatu langkah permulaan, saya merasa belum saatnya Israel mendapat imbalan berupa pengakuan dari manapun," kata Dubes Palestina.

        Berdasarkan persetujuan yang akan ditandatangani di AS itu, Israel yang mendirikan negara Yahudi di atas tanah Palestina sejak 1947, akan memberikan otonomi terbatas di Jalur Gaza dan Jericho, yang merupakan sebagaian kecil dari daerah Palestina yang diduduki.

        Sejumlah negara, termasuk Indonesia dan kebanyakan negara Arab, selama ini menolak mengadakan hubungan diplomatik dengan Israel karena pendudukan Israel atas wilayah Palestina.

        Selembar halaman

        Dubes Palestina, yang menyambut baik saling pengakuan antara PLO dan Israel tersebut, menggambarkan perjanjian Palestina-Israel tersebut sebagai "selembar halaman dari sebuah buku yang tebal."

        Saling mengakui merupakan langkah yang amat penting, namun masih banyak lagi yang harus dibahas untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, ujarnya.

        "Bila Israel mempunyai niat baik, ia bisa membuktikannya antara lain dengan menghentikan penindasannya terhadap rakyat Palestina di daerah pendudukan, mencabut embargo dan pengepungannya di Jerusalem.

        Selain itu juga membebaskan orang-orang Palestina yang dipenjara di Israel dan membolehkan para pengungsi Palestina untuk pulang ke tempat asal mereka," ujarnya.

        Mengenai kecurigaan beberapa pihak mengenai siasat Israel untuk memecah belah bangsa Palestina melalui perjanjian tersebut, Dubes menyatakan keyakinannya bahwa rakyat Palestina akan menghadapi situasi ini dengan sangat hati-hati.

        Bangsa Palestina yang sering mengalami penderitaan dan tragedi akan mencapai pengertian untuk menangani perkembangan saat ini, tambahnya.

        Layak

        Menurut dia, kepemimpinan PLO sangat demokratis dan menghormati pendapat maupun kritik pihak oposisi. Ia mengingatkan bahwa layaklah bila kaum minoritas mengikuti keputusan mayoritas.

        Ia juga menjelaskan bahwa perjanjian ini bukan berarti berakhirnya Intifada (pemberontakan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel).

        Intifada akan jalan terus sampai berakhirnya pendudukan Israel di tanah Palestina, ujarnya.

        Tempat penandatanganan saling mengakui PLO-Israel yang masing- masing dilakukan di Tunisia oleh Arafat dan di Jerusalem oleh Rabin menyimpulkan masih jauhnya jarak yang harus ditempuh kedua pihak, tambahnya. (t/RI4/4.30/DN06/11/09/93 19:27//RU1/21:25)

No comments:

Post a Comment