Jakarta,
6/10/1995 (ANTARA) - Referendum yang akan diselenggarakan di seluruh Irak
tanggal 15 Oktober terbuka bagi semua politisi, wartawan dan anggota parlemen,
termasuk dari Kuwait, kata Duta Besar Irak untuk Indonesia, Dr. Sa'doon J.
Az-Zubaydi.
Az-Zubaydi menyatakan pemerintah Irak tidak menutup kemungkinan bagi wartawan Kuwait untuk meliput referendum yang baru pertama kali diselenggarakan di Irak itu.
Az-Zubaydi menyatakan pemerintah Irak tidak menutup kemungkinan bagi wartawan Kuwait untuk meliput referendum yang baru pertama kali diselenggarakan di Irak itu.
"Tetapi saya tidak yakin wartawan Kuwait dapat datang," katanya dalam ramah-tamah dengan wartawan di Jakarta hari Jumat.
Ketika didesak apakah Baghdad telah mengundang wartawan Kuwait, ia menyatakan pemerintah Irak tidak mengundang wartawan Kuwait karena undangan disampaikan oleh duta besar dan bukan pemerintah pusat.
"Seperti anda semua," katanya, "saya lah yang menyampaikan undangan kepada anda bukan pemerintah di Baghdad."
"Yang jelas, pada prinsipnya wartawan Kuwait tidak dilarang, malah akan diterima dengan baik jika mau datang dan meliputi referendum ini," katanya.
Mengenai kemungkinan kedatangan anggota parlemen Kuwait sebagai pengamat, ia menyatakan pemerintah Baghdad tidak mengundang parlemen Kuwait.
Sebab, kata duta besar Irak tersebut, dalam dua kesempatan terdahulu parlemen Irak menawarkan untuk pembicaraan bilateral dengan parlemen Kuwait, tapi parlemen Kuwait "tak dapat memenuhi" undangan itu, tambahnya.
Sementara itu kepada wartawan Indonesia yang akan meliput referendum di Irak, ia mengatakan, "Kami ingin anda semua pergi ke jalan-jalan di Baghdad untuk menyaksikan rakyat memberi suara mereka dan melihat apakah pemungutan berlangsung secara jujur atau tidak," katanya.
Tujuh wartawan Indonesia, termasuk dari kantor berita, televisi dan surat kabar, sejauh ini telah minta visa untuk mengunjungi Irak guna meliput referendum tersebut, kata Mohammed A. Mohammed, sekretaris dua kedutaan besar Irak yang meneyertai duta besarnya.
Kemungkinan sabotase?
Ketika menyampaikan optimismenya bahwa referendum itu akan berjalan lancar, Az-Zubaydi, mengatakan Irak sangat berpengalaman dalam banyak bidang termasuk keamanan.
Meskipun begitu, ia tidak mengesampingkan kemungkinan terjadinya sabotase dari pihak-pihak yang tidak menyukai penyelenggaraan referendum tersebut.
"Wajar kalau pemerintah Irak memperkirakan akan adanya upaya sabotase oleh orang-orang yang ingin membuktikan bahwa Presiden Saddam Hussein tidak populer," katanya.
Duta besar Irak itu mengaskan, masalah sesungguhnya yang dihadapi Irak ialah sanksi PBB yang ditaja AS atas Baghdad dan telah membuat semua rakyat -- terutama anak-anak -- menderita.
Ia memperbandingkan kekurangan gizi yang dihadapi anak-anak di Irak dengan kata-kata Presiden Soeharto dalam pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus lalu.
"Jika generasi muda Indonesia sekarang lebih tinggi dua sentimeter, dalam waktu 10 tahun mendatang generasi muda Irak akan lebih pendek dua sentimeter gara-gara kekurangan gizi akibat embargo PBB," katanya. (T/ri4/LN07/ 6/10/95 17:03/SR1
No comments:
Post a Comment