Jakarta, 26/3/1996 (ANTARA)
- Duta Besar Tunisia untuk Indonesia Muhamed Said El Kateb mengharapkan
wisatawan asal Indonesia untuk berkunjung ke negaranya yang memiliki banyak
tempat bersejarah.
Kairouan, yang dianggap sebagai tempat suci ke-empat Umat Islam, bisa menjadi daya tarik utama bagi wisatawan Indonesia, kata Dubes El Kateb kepada wartawan belum lama ini.
Lebih empat juta wisatawan asing, terutama dari Eropa, tahun lalu berkunjung ke Tunisia yang berpenduduk sekitar sembilan juta dan mempunyai pendapatan per kapita sekitar 2000 dolar AS per tahun.
Dubes Tunisia hari Kamis (28/3) akan menyelenggarakan resepsi, untuk memperingati Hari Kemerdekaan ke-40 Tunisia, yang jatuh pada 20 Maret.
Sejak 1956, Tunisia memberi prioritas pada pembangunan di bidang pertanian, pendidikan, industri ringan dan wisata, menurut pernyataan dari Kedubes tersebut.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Ben Ali, Tunisia berusaha keras untuk mengkokohkan kehadirannya di Asia Tenggara, terutama dengan negara sahabat Indonesia yang mempunyai hubungan bersejarah sehubungan dengan dukungan Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Tunisia pada awal 1950an," ujar pernyataan pers tersebut.
Tunisia dan Indonesia untuk pertama kali berhubungan resmi pada 1952, ketika sebuah komite solidaritas untuk Afrika Utara didirikan guna mendukung perjuangan kemerdekaan negara-negara Arab di Afrika Utara.
Presiden Soeharto mengadakan kunjungan ke Tunisia November 1993 untuk mempererat hubungan kedua negara.
Tunisia telah menawarkan kepada pengusaha Indonesia untuk menanamkan modal di sana dan mengekspor barang-barang yang diproduksi ke Eropa, dengan menggunakan fasilitas dan kemudahan yang diperoleh Tunisia dari hasil penandatanganan pernjanjian antara Tunisia dan Uni Eropa.
Impor terbesar Indonesia dari Tunisia selama ini adalah pupuk pertanian dan korma. (T/ri4/EU04/26/03/96 11:08/RU3)
Kairouan, yang dianggap sebagai tempat suci ke-empat Umat Islam, bisa menjadi daya tarik utama bagi wisatawan Indonesia, kata Dubes El Kateb kepada wartawan belum lama ini.
Lebih empat juta wisatawan asing, terutama dari Eropa, tahun lalu berkunjung ke Tunisia yang berpenduduk sekitar sembilan juta dan mempunyai pendapatan per kapita sekitar 2000 dolar AS per tahun.
Dubes Tunisia hari Kamis (28/3) akan menyelenggarakan resepsi, untuk memperingati Hari Kemerdekaan ke-40 Tunisia, yang jatuh pada 20 Maret.
Sejak 1956, Tunisia memberi prioritas pada pembangunan di bidang pertanian, pendidikan, industri ringan dan wisata, menurut pernyataan dari Kedubes tersebut.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Ben Ali, Tunisia berusaha keras untuk mengkokohkan kehadirannya di Asia Tenggara, terutama dengan negara sahabat Indonesia yang mempunyai hubungan bersejarah sehubungan dengan dukungan Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Tunisia pada awal 1950an," ujar pernyataan pers tersebut.
Tunisia dan Indonesia untuk pertama kali berhubungan resmi pada 1952, ketika sebuah komite solidaritas untuk Afrika Utara didirikan guna mendukung perjuangan kemerdekaan negara-negara Arab di Afrika Utara.
Presiden Soeharto mengadakan kunjungan ke Tunisia November 1993 untuk mempererat hubungan kedua negara.
Tunisia telah menawarkan kepada pengusaha Indonesia untuk menanamkan modal di sana dan mengekspor barang-barang yang diproduksi ke Eropa, dengan menggunakan fasilitas dan kemudahan yang diperoleh Tunisia dari hasil penandatanganan pernjanjian antara Tunisia dan Uni Eropa.
Impor terbesar Indonesia dari Tunisia selama ini adalah pupuk pertanian dan korma. (T/ri4/EU04/26/03/96 11:08/RU3)
No comments:
Post a Comment