Friday, November 8, 1996

INDONESIA-YORDANIA BAHAS PENINGKATAN KERJASAMA PERDAGANGAN



      Jakarta, 8/11/1996 (ANTARA) - Indonesia dan Yordania akan mengadakan pertemuan tingkat menteri dan pejabat tinggi secara intensif untuk membahas masalah-masalah peningkatan kerjasama perdagangan, kata Duta Besar Yordania untuk Indonesia Luay M. Al-Khasman.
        Pertemuan tersebut akan menyiapkan sejumlah dokumen perjanjian kerjasama, terutama di bidang perdagangan, investasi dan pengapalan, ujar Dubes Al-Khasman kepada ANTARA baru-baru ini.

        "Perjanjian kerjasama tersebut diharapkan akan ditandatangani pada saat Yang Mulia Presiden Soeharto melakukan kunjungan kenegaraan ke Amman," tegasnya.
        Presiden Soeharto akan melakukan lawatan kenegaraan ke Yordania pada 11 hingga 14 November 1996 untuk memenuhi undangan Raja Hussein, yang pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 1986, kata Dubes.
        "Undangan Raja kami kepada Presiden Soeharto disampaikan pada tahun 1986 itu, dan setiap tahun undangan tersebut kami perbaharui. Raja, Pemerintah dan Rakyat Yordania sangat mengharapkan kedatangan Presiden Soeharto," ujar Dubes Yordania.
        Menurut Dubes, kunjungan Presiden Soeharto tersebut akan tercatat dalam sejarah penting hubungan kedua negara yang selama ini terjalin baik.
        "Bangsa Indonesia dan Presiden Soeharto menempati kedudukan khusus bagi rakyat dan Pemerintah Yordania," tambahnya.
        Pada tahun 1986, Indonesia dan Yordania membentuk sebuah Komisi Bersama untuk menangani kerjasama di berbagai bidang, khususnya ekonomi dan perdagangan.
        Pada tahun 1993, Pertemuan I Komisi tersebut diadakan di Jakarta, dan Pertemuan II akan berlangsung di Amman, 9-11 November 1996, untuk membahas kerjasama di bidang industri, perdagangan, keuangan, kebudayaan dan pariwisata.
        "Menurut rencana, Menteri Industri dan Perdagangan, Tungki Aribowo akan memimpin delegasi Indonesia pada pertemuan di Amman nanti, sementara delegasi Yordania akan dipimpin oleh Menteri Perdagangan dan Industri, Ali Abu Al-Ragib," jelas Al-Khashman.
        Pengusaha Indonesia yang ikut dalam delegasi menteri tersebut juga akan melakukan pembicaraan dengan mitra mereka dari Yordania.
        Ketika anggota Kamar Dagang dan Industri Yordania berkunjung ke Indonesia pada April 1996, mereka dengan mitra Indonesia menandatangani kesepakatan untuk membentuk sebuah Badan Kerjasama Perdagangan. Pembentukan badan kerjasama itu diharapkan diresmikan pada saat Presiden Soeharto berada di Amman.
        Menjelang kunjungan Presiden Soeharto, sejumlah pejabat tinggi dan pakar kedua negara juga direncanakan mengadakan pertemuan untuk membahas masalah perdagangan, ekonomi, keuangan dan pengapalan di Amman.
        Tempat bersejarah
        Presiden Soeharto direncanakan akan mengadakan pertemuan empat mata dengan Raja Hussein, dan berkunjung ke beberapa tempat bersejarah di Yordania.
        Pada saat pertemuan empat mata Presiden Soeharto dan Raja Hussein, Menteri Luar Negeri Ali Alatas akan memimpin delegasi Indonesia untuk mengadakan pembicaraan dengan mitra mereka dari Yordania.
        Beberapa dokumen perjanjian kerjasama yang diharapkan akan ditandatangani di Amman, antara lain menyangkut penghindaran pajak berganda untuk komoditi kedua negara.
        "Kami juga menginginkan kerjasama bilateral yang lebih erat di bidang pertanian, kebudayaan, pariwisata dan agama," ujar Dubes.
        Dubes mengundang lebih banyak lagi pengusaha Indonesia untuk datang ke Yordania guna melihat fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk mereka, baik di Yordania maupun negara-negara sekitarnya.
        "Kami mempunyai tiga kawasan bebas yang dapat menampung barang sebelum dikirim ke negara-negara lainnya. Lokasi Yordania juga sangat strategis untuk dijadikan pintu gerbang ke Timur Tengah, Eropa dan Afrika bagi produk Indonesia," jelasnya.
        Indonesia akan memiliki Pusat Perdaganan di Amman mulai tahun depan. Dubes mengharapkan pengusaha Indonesia mengirim contoh produk mereka sebanyak-banyaknya.
        Sejak tahun 1994, nilai neraca perdagangan kedua negara menguntungkan Indonesia. Menurut data tahun 1995, ekspor Yordania ke Indonesia senilai 37 juta dolar AS, sementara impornya 46 juta dolar AS.
        "Nilai sebenarnya, khususnya impor Yordania, lebih besar dari itu karena banyak pengusaha yang melakukan kontak dagang langsung sehingga kami tidak dapat memonitor," jelasnya.
        Indonesia mengekspor kayu lapis, pakaian jadi, tekstil, sepatu olahraga, kopi, teh, ban dan peralatan rumah tangga ke Yordania. Sementara, Yordania mengekspor fosfat, potas dan pupuk ke Indonesia.
        Menurut Yordania, bahasa Indonesia (Melayu), sebagai salah satu bahasa kaum muslim terbanyak, kini diajarkan di Universitas Ahlul Bait.
        "Kami sudah meminta tenaga pengajar dari Universitas Indonesia. Saat ini kami sudah mendapat pengajar dari Malaysia," tambahnya.
        Pada Desember 1996, 10 pelukis Indonesia akan memamerkan 60 karya mereka di Amman dalam pemeran yang akan dibuka oleh Ratu Noor dari Yordania.
        Pada Maret tahun depan, Yordania akan mengadakan Pekan Kebudayaan Yordania di Jakarta, yang antara lain akan menampilkan tarian tradisional, lukisan, kerajinan tangan serta makanan Yordania, menurut Dubes Luay Al-Khashman. (T/ri4/B/DN07/19:12/RU2

No comments:

Post a Comment