oleh Fardah Assegaf
Jakarta, 10/4/2004 (ANTARA) "Memilih calon anggota legislatif itu harus hati-hati, seperti layaknya memilih calon suami atau isteri. Kita harus benar-benar kenal mereka. Jadi jangan memilih mereka hanya karena tampangnya saja," ujar artis lajang Deby Sahertian kepada pemirsa salah satu TV swasta sehari menjelang hari pencoblosan Pemilu (Pemilihan Umum), 5 April 2004.
Namun, apa yang terjadi di lokasi TPS (tempat pemungutan suara) pada hari Pesta Demokrasi yang lalu itu cukup berlawanan dengan nasehat Deby tersebut. Mayoritas masyarakat yang akan mencoblos mengaku tidak mengenal calon anggota legislatif yang harus mereka pilih pada Pemilu itu.
Jakarta, 10/4/2004 (ANTARA) "Memilih calon anggota legislatif itu harus hati-hati, seperti layaknya memilih calon suami atau isteri. Kita harus benar-benar kenal mereka. Jadi jangan memilih mereka hanya karena tampangnya saja," ujar artis lajang Deby Sahertian kepada pemirsa salah satu TV swasta sehari menjelang hari pencoblosan Pemilu (Pemilihan Umum), 5 April 2004.
Namun, apa yang terjadi di lokasi TPS (tempat pemungutan suara) pada hari Pesta Demokrasi yang lalu itu cukup berlawanan dengan nasehat Deby tersebut. Mayoritas masyarakat yang akan mencoblos mengaku tidak mengenal calon anggota legislatif yang harus mereka pilih pada Pemilu itu.
Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) dan salah seorang calon presiden RI, Amien Rais, mengatakan dalam acara dialog di salah satu TV Swasta pada hari Minggu malam (4/4) bahwa sistem Pemilu 2004 mungkin belum yang paling ideal, tapi paling tidak sudah setengah ideal.
"Walau ada kekurangan dalam persiapan maupun pelaksanaannya, Pemilu 2004 setidaknya sudah setengah ideal karena sistem Pemilu ini memberi kesempatan kepada rakyat untuk berdemokrasi yang sebenarnya. Dalam Pemilu ini, kedaulatan berada di tangan rakyat sehingga mereka bisa menentukan sendiri calon wakil-wakil mereka secara langsung," jelas Amien Rais.
Rizal Malarangeng, yang juga peserta dialog bersama Amien Rais pada malam itu, menyatakan merasa senang karena rakyat Indonesia akhirnya bisa memilih langsung anggota legislatif, presiden dan wakil presiden mereka, yang berbeda sistem dengan Pemilu-pemilu sebelumnya.
"Dulu ketika saya masih di Amerika Serikat, saya tidak berani mengatakan bahwa negara saya sudah demokratis, tapi kini saya dapat bangga mengatakan bahwa kita sudah demokratis," kata Rizal.
Kucing dalam karung
Banyak orang yang mengatakan bahwa Pemilu langsung kali ini menghindarkan pencoblosan seperti "memilih kucing dalam karung".
Para warga masyarakat dapat mengetahui nama-nama calon legislatif, calon presiden dan calon wakil presiden yang ikut dalam Pemilu 2004 dan mereka berhak mencoblos langsung nama-nama pilihan mereka.
Dalam Pemilu 5 April 2005 yang lalu, para "kucing" memang tidak lagi "sembunyi dalam karung", tapi sebagian besar masyakarat, terutama yang tinggal di luar Jakarta, belum pernah mendengar nama-nama maupun melihat wajah mayoritas calon legislatif yang mereka akan pilih.
Pada umumnya para pemilih baru mengetahui nama-nama calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dan nama sertta foto anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) di lokasi TPS yang memasang nama-nama dan foto-foto caleg tersebut pada hari pencoblosan.
"Wah bingung nggak ada yang kenal! Paling hanya yang ini yang saya kenal, tapi mantan pejabat ini kalau tidak salah pernah terkena kasus dugaan KKN ya?"ujar Ibu Neni, sambil memandangi foto-foto caleg DPD di salah satu lokasi TPS di Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi.
"Kalau saya pilih yang ini sajah deh, orangnya cakep dan masih muda. Tapi, jangan-jangan ini foto lama," kata Ibu Dester, seorang ibu rumah tangga yang juga akan mencoblos di TPS di Pondok Gede. "Seharusnya mereka ini mempromosikan diri sebelumnya.
Paling tidak pada hari pencoblosan ini, selain nama dan foto, biodata mereka juga sebaiknya ada di lokasi TPS ini, agar bila mau kita bisa mengetahuilatar belakang pendidikan atau keahlian mereka," Ibu Subeni, di lokasi TPS yang sama, menimpali.
Pengetahuan warga di luar Jakarta mengenai para caleg mereka memang berbeda dengan warga Jakarta. Warga Jakarta pada umumnya lebih beruntung karena beberapa faktor yang dapat menunjang tingkat pengetahuan mereka terhadap para caleg.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah akses yang luas terhadap media massa, sebagian caleg untuk wilayah DKI adalah mantan pejabat dan tokoh masyarakat yang terkenal, dan beberapa caleg ini sudah mengiklankan diri mereka pada masa kampanye melalui selebaran dan pemasangan poster atau sepanduk di jalan-jalan.
Sebaliknya, warga di luar daerah, apa lagi di daerah terpencil, masih jauh dari jangkauan iklan para caleg. Sebagai contoh, bagi sebagian warga Jatiwaringin, yang berada dalam wilayah Kabupaten Bekasi, namun secara geografis lebih dekat ke Jakarta dibanding ke kota Bekasi, hampir tidak pernah melihat selebaran maupun sepanduk calon anggota DPD.
Hanya segelintir caleg DPR maupun DPRD dari partai tertentu yang mengiklankan diri dengan memasang selebaran di pinggir-pinggir jalan atau mengirim "undangan" ke rumah-rumah penduduk. Namun sayang si pengirim undangan ini lupa melampirkan atau mencantumkan biodata singkatnya.
Walau ada kekurangan di sana-sini, baik dari segi administrasi maupun logistik, Pemilu 5 April 2004 akhirnya berjalan relatif lancar, aman, dan tertib di berbagai wilayah Indonesia. Puluhan juta rakyat Indonesia dengan antusias datang ke lokasi-lokasi TPS pada hari 'Pesta Demokrasi', yang menurut Amien Rais paling tidak sudah 'setengah ideal' itu.
Rakyat boleh bangga bahwa kini mereka sudah memperoleh kedaulatan penuh untuk memilih langsung caleg-caleg yang akan mewakili mereka di DPR/MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), walau memilihnya mungkin dengan 'setengah hati' atau ragu-ragu karena mereka tidak mengenal atau mengetahui latar belakang caleg mereka sebelumnya.
"Inilah yang dinamakan proses pembelajaran menuju demokrasi. Kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi kita melangkah maju," ujar Chairil SD, seorang wartawan senior.
Tidak ada kata terlambat untuk mendekatkan diri dengan pemilih (constituents) bagi mereka yang sudah mendapat kepercayaan untuk menjadi wakil rakyat di DPRD, DPRD dan DPD.
Dengarkan apa pendapat, saran dan keluhan pemilih, dan sampaikan program-program mendatang secara berkesinambungan melalui media, termasuk Internet. Rakyat mengharapkan para wakil mereka dapat dipercaya, jujur, bersih dan benar-benar memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Dengan makin majunya proses demokrasi kelak, rakyat akan mengerti dan mengetahui wakil-wakil mana yang pantas dipilih lagi atau ditinggalkan pada Pemilu lima tahun mendatang. (T/f001/Fardah/J006)
No comments:
Post a Comment