Tokyo,
27/9/1992 (ANTARA) - Mensesneg Moerdiono mengatakan Presiden Soeharto mengerti
penjelasan pihak Malaysia tentang penayangan peristiwa Dili di RTM (radio dan
televisi Malaysia) bahwa hal itu sama sekali bukan kebijaksanaan Malaysia
melainkan kecerobohan RTM.
Mensesneg Moerdiono mengatakan itu kepada wartawan di atas pesawat khusus MD-11 Garuda Indonesia yang membawa rombongan Kepala Negara dari New York ke Tokyo, Minggu sore.
Mensesneg Moerdiono mengatakan itu kepada wartawan di atas pesawat khusus MD-11 Garuda Indonesia yang membawa rombongan Kepala Negara dari New York ke Tokyo, Minggu sore.
Menurut Moerdiono, penjelasan dari Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad itu disampaikan oleh Menlu Malaysia A Badawi kepadanya untuk diteruskan kepada Presiden Soeharto pada Jumat malam (25/9) di hotel Waldorf Astoria, New York.
"Kesan saya, Presiden mengerti akan penjelasan Malaysia tersebut, " kata Moerdiono seperti yang dilaporkan wartawati ANTARA, Fardah Assegaf.
Saat pertemuan dengannya, menurut Mensesneg, Menlu Badawi mengatakan PM Mahathir sangat marah ketika mendapat laporan penayangan perisitiwa 12 November di Dili itu di RTM beberapa hari lalu.
Moerdiono mengatakan Pemerintah Malaysia saat ini sedang meneliti bagaimana kecerobohan pihak RTM itu bisa terjadi. Kepada mereka yang bertanggung jawab akan diambil tindakan semestinya.
PM Mahathir, kata Moerdiono, hari Jumat (25/9) telah menugaskan Menteri Penerangan Malaysia untuk segera ke Jakarta guna memberikan penjelasan kepada Pemerintah Indonesia tentang peristiwa tersebut.
Portugal Sementara itu sesaat menjelang keberangkatan ke Tokyo Sabtu siang (26/9) di hotel Waldorf Astoria -- tempat Presiden bermalam selama lima hari kunjungan kerjanya di Amerika Serikat -- Presiden juga menerima laporan dari Menlu Ali Alatas tentang hasil pertemuannya dengan Menlu Portugal selama lebih dari satu jam di Markas Besar PBB.
Dalam pertemuan Sabtu pagi -- yang dilaksanakan atas prakarsa Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali -- kedua Menlu sepakat untuk menghidupkan kembali dialog antara kedua Pemerintah untuk mencari penyelesaian yang adil dan menyeluruh serta sesuai dengan kelaziman internasional mengenai masalah Timor-Timur.
Alatas dengan rekannya dari Portugal itu membicarakan soal prinsip-prinsip, modalitas, dan prosedur dialog itu, kata Moerdiono kepada wartawan.
Kedua Menlu, kata Mensesneg, setuju akan mengadakan dialog lanjutan pertama pada Desember mendatang di bawah naungan (auspices) Sekjen PBB.
Dialog antara kedua Menlu atau para Wakil Tetap Indonesia maupun Portugal untuk PBB merupakan proses yang berjalan terus menerus sehingga tercapai penyelesaian yang diharapkan.
"Dialog tingkat Wakil Tetap sangat terbatas dan masing-masing pihak hanya boleh didampingi oleh satu orang," kata Mensesneg dan menambahkan bahwa Sekjen PBB atau wakil yang ditunjuknya akan selalu hadir dalam dialog tersebut.
(T.TN-01/KL-02/PU-07/92-09-27-23:37)
No comments:
Post a Comment