Wednesday, July 26, 1995

EMIL SALIM: PERLU PEMBANGUNAN BERMORAL UNTUK LAWAN MATERIALISME


    Jakarta, 26/7/1995 (ANTARA) - Prof Dr Emil Salim di Jakarta, Rabu, menekankan pentingnya pembangunan bermoral sehubungan dengan munculnya konflik antara nilai-nilai agama dan materialisme, yang menggantikan konflik antara komunisme dan kapitalisme yang telah mereda.
    "Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa kini terjadi benturan peradaban Islam dan konfusianisme lawan barat, yang tengah terjadi adalah benturan agama lawan materialisme," kata mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup itu, pada seminar tentang "Hubungan Mesir-Indonesia dari Perspektif Sejarah".

     Ia melihat Indonesia dan Mesir, yang sama-sama negara dengan mayoritas penduduknya Islam dan berpengaruh di wilayahnya masing- masing, dapat mendorong pembangunan yang bermoral dan memiliki etika yang didukung agama.
    "Kelompok agama perlu berusaha agar 'to get the house in order' (benahi keadaan dalam negeri), membantu (bangsanya) keluar dari perangkap kericuhan, dan menuju ke pembangunan," ujarnya.
     Ia melihat banyak negara mayoritas Islam yang dilanda konflik internal, seperti negara Aljasair dan Sudan.
        "Banyak negara mayoritas Islam yang memiliki ciri yang sama, yaitu konflik internal. Pertanyaannya sekarang, siapa yang diuntungkan dengan adanya konflik tersebut. Yang jelas, negara mayoritas Islam dirugikan," tambahnya.
        Menurut dia, konflik dalam negeri tersebut timbul karena gabungan faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah karena ikut campurnya pihak luar yang takut akan timbulnya "fundamentalisme Islam", sedang faktor internal biasanya disebabkan karena angka pengangguran yang tinggi serta makin lebarnya kesenjangan sosial.
        Ia berpendapat pembangunan sekarang terlalu banyak bermuatan hal-hal yang materialistis. Hal ini bukan saja merisaukan para pemimpin Islam, tetapi juga agama-agama lain seperti Protestan dan Katolik, katanya.
        Negara mayoritas Islam bisa melaksanakan pembangunan bermoral tersebut karena Islam menekankan keseimbangan spiritual dan material, tambahnya.
        Emil Salim mengingatkan bahwa yang dimaksudkan dalam hal ini adalah Islam yang rasional, bukan emosional.
        Dr Juwono Sudarsono sependapat dengan Emil Salim mengenai pentingnya negara-negara berkembang membenahi keadaan dalam negeri.
        "Tidak mungkin akan kuat di luar negeri, bila di dalam negeri juga tidak kuat," ujarnya.
        Juwono mengatakan, tantangan negara berkembang kini adalah mendorong pembangunan yang adil dan merata untuk mengatasi masalah dalam negeri seperti kesenjangan sosial.
        Sementara, Duta Besar Mesir untuk Indonesia Sayed Hassem Al-Masry menggambarkan hubungan kerjasama Indonesia dan Mesir sebagai contoh yang terbaik di dunia, terutama di bidang pendidikan, sosial and keagaamaan.
        Seminar sehari yang antara lain menampilkan Menteri Ali Alatas sebagai pembicara utama dan Dr Fuad Hassan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai moderator tersebut, diselenggarakan oleh Kedubes Mesir untuk memperingati Hari Nasional Mesir dan HUT ke-50 Republik Indonesia.
        Perhimpunan Persahabatan Mesir-Indonesia juga diresmikan pada saat seminar, yang memutuskan Ferdi Salim, mantan Dubes Indonesia untuk Mesir, sebagai ketuanya. (T.RI4/B/DN09/26/07/95 22:37/re3)

No comments:

Post a Comment