Monday, July 10, 1995

TAIWAN SIAPKAN PROYEK AMBISIUS SEBAGAI PUSAT BISNIS ASIA PASIFIK oleh Fardah Assegaf



  Jakarta, 10/7/1995 (ANTARA) - Taiwan kini terus melaju dengan merevitalisasi ekonominya guna mewujudkan rencana terbarunya untuk mengembangkan Taiwan sebagai Pusat Operasi Wilayah Asia-Pasifik (APROC).
     Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, Taiwan telah menciptakan keajaiban ekonomi yang banyak mendapat perhatian dunia. Dan rencana pengembangan APROC yang ambisius itu diperkirakan akan membuat satu "revolusi" ekonomi baru bagi Taiwan, yang dikenal sebagai salah satu dari empat macan Asia, bersama Singapura, Korea Selatan dan Hongkong.
   "Untuk dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kami harapkan dalam era globalisasi yang penuh kompetisi ini, kami perlu terus mengadakan program revitalisasi ekonomi," ujar Lee Kao Chao, Direktur Departemen Penelitian Ekonomi, Dewan Perencanaan dan Pengembangan Ekonomi (CEPD) Taiwan, ketika menjelaskan alasan pengembangan APROC.
     Karena itu, selama proses perkembangannya, industri dan ekonomi Taiwan telah mengalami perubahan struktur yang cukup mendasar.
      Menurut keterangan dari Kantor Ekonomi dan Perdagangan Indonesia di Taipei, program revitalisasi ekonomi Taiwan yang dimulai Juli 1993 meliputi pengembangan APROC dan usaha mempercepat kemampuan industri.
        Beberapa pengarahan yang ditetapkan untuk melaksanakan program tersebut, antara lain membuka lebih luas lahan industri; mempromosikan industri berteknologi tinggi melalui berbagai insentif moneter dan memperbaiki perencanaan tenaga kerja; melonggarkan beberapa peraturan hubungan ekonomi, termasuk dengan RRC; serta meningkatkan efisiensi pemerintah, khususnya melalui swastanisasi.
        GNP Taiwan tahun 1994 mencapai sekitar 245 miliar dolar AS, menjadikan Taiwan salah satu dari 20 negara yang memiliki GNP terbesar di dunia.
Dengan nilai perdagangan sebesar 178 miliar dolar AS, Taiwan merupakan mitra dagang ke-14 terbesar di dunia.

        Surplus perdagangan yang dinikmatinya selama beberapa tahun terakhir membuat Taiwan menjadi pemilik devisa sebesar 92,5 miliar dolar AS, terbesar di dunia setelah Jepang.

        Memasuki abad ke 21, Taiwan menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar negeri berupa transformasi yang cepat pada ekonomi negara itu secara keseluruhan serta perubahan drastis hubungan ekonomi dan perdagangan.

        Untuk menjawab tantangan tersebut, APROC akan memfokuskan diri pada pengembangan enam pusat operasi, yaitu industri manufaktur berteknologi tinggi, transportasi udara dan laut, keuangan, telekomunikasi dan media.

        Bagi kalangan bisnis, APROC merupakan strategi untuk menarik pengusaha lokal dan asing, untuk menjadikan Taiwan sebagai basis operasi bagi kegiatan investasi dan bisnis mereka di wilayah Asia Pasifik, termasuk di Asia Tenggara dan China daratan.

        Menurut Majalah "Asian Business", edisi April 1995, Perdana Menteri Lien Chan telah menunjuk wakilnya, Hsu Li-teh (yang juga ketua CEPD), untuk menangani proses pelaksanaan APROC.

        Satu gugus tugas CEPD yang diketuai ahli hukum terkenal Taiwan, Lawrence Liu, dibentuk untuk mengkoordinasikan pelaksanaan proyek tersebut antara perusahaan-perusahaan asing dan pemerintah Taiwan. Sementara itu, suatu komite antar-departemen yang diketuai oleh perdana menteri akan menangani masalah-masalah khusus yang sulit ditangani.

        Untuk mewujudkan "impian"-nya sebagai pusat bisnis Asia Pasifik, Pemerintah Taiwan merencanakan untuk mengadakan beberapa penyesuaian ekonomi makro.

        Negara pulau itu merencanakan untuk mendorong liberalisasi perdagangan dan investasi, melonggarkan peraturan masuk dan keluarnya tenaga ahli serta pergerakan modal, dan menciptakan suatu lingkungan hukum yang modern bagi masyarakat informasi.

        Pusat Perdagangan Internasional di Taipei saat ini merupakan salah satu yang teraktif di dunia. Dari Juli 1995 hingga Juni 1996, Dewan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri China (CETRA) milik Taiwan merencanakan untuk menyelenggarakan lebih dari 160 kegiatan promosi perdagangan tingkat internasional di Taipei.

        Pusat transportasi

        Untuk menarik minat pihak asing agar menggunakan jasa pelabuhan laut dan udara Taiwan, pemerintah menyederhanakan prosedur peraturan di pelabuhan udara dan laut serta hal-hal yang menyangkut bea-cukai.

        Menurut Lee Kao Chao, letak Taiwan yang strategis (menghadap Laut Pasifik) merupakan modal penting untuk mewujudkan ambisinya sebagai pusat transportasi di Asia Pasifik.

        Pelabuhan laut di Kaohsiung, kota terbesar kedua di Taiwan, kini sudah menjadi pelabuhan kontainer terbesar ke tiga di dunia setelah Hongkong dan Singapura.

        Proyek itu juga akan sangat menguntungkan RRC. "Mereka dapat menggunakan pelabuhan laut kami untuk menyeberang ke Benua Amerika, tanpa perlu ke Hongkong yang berada di selatan," ujar Lee Kao Chao.

        Di bidang layanan transportasi udara, ia mengatakan bahwa walaupun penduduk Taiwan hanya sekitar 21 juta orang dibanding jumlah penduduk RRC yang sekitar satu miliar orang, pelabuhan udara Chiang Kai-shek di Taipei melayani jauh lebih banyak penumpang daripada pelabuhan udara di Beijing.

        Beberapa faktor utama yang membuat perekonomian Taiwan berhasil, menurut Lee, antara lain karena rakyat Taiwan yang terkenal sebagai pekerja keras, dan kebijakan serta strategi yang tepat yang diambil pemerintah.

        "Kami juga beruntung bisa menikmati kondisi ekonomi dan politik yang stabil," tambahnya.

        Ia menjelaskan bahwa pemerintahnya memberikan prioritas pada pengembangan usaha skala kecil dan menengah karena perusahaan semacam itu lebih luwes dan dapat menyesuaikan diri pada permintaan pasar dengan lebih cepat.

        "Malalui kebijakan dan strategi yang tepat, Taiwan berhasil mengatasi masalah kekurangan sumber daya alam, kecilnya pasar dalam negeri serta kepadatan penduduk," katanya.

        Selain lokasi yang strategis, kelebihan Taiwan lainnya yang diunggulkan untuk mendudung pelaksanaan APROC adalah tersedianya tenaga ahli, termasuk para insinyur dan manajer yang lebih dari cukup.

        Di samping itu, Taiwan diketahui telah menjalin hubungan bisnis yang luas dengan berbagai negara, terutama negara-negara di Asia Tenggara dan RRC.

        Konsekwensi logis

        Masalah lingkungan hidup merupakan konsekuensi logis dari perkembangan industri yang cepat, baik di Taiwan maupun di negara lain.

        Karena itu, dengan makin majunya ekonomi Taiwan, pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup rakyatnya, termasuk dengan memperbaiki kondisi lingkungan hidup.

        "Oleh sebab itu, kami mentargetkan dua GNP. Kami ingin terus meningkatkan Gross National Product (GNP), dan GNP yang satu lagi adalah 'garbage' (sampah), 'noise' (kebisingan) dan 'pollution' (pencemaran), yang ingin kami perangi," jelas Lee.

        Proses pelaksanaan APROC dibagi menjadi tiga tahap hingga tahun 2005, dengan prioritas yang berbeda untuk masing-masing tahapan. Hingga tahun 1997, prioritas diberikan untuk menyesuaikan undang-undang dan peraturan serta memperbaiki atau menambah fasilitas yang ada. Antara 1997 dan 2000, pemerintah akan membangun fasilitas yang lebih besar, dan hingga 2005, proyek-proyek pembangunan utama diharapkan bisa dirampungkan.

        Mengingat persiapan yang dilaksanakan dengan serius oleh pemerintah bagi terwujudnya Taiwan sebagai Pusat Operasi Wilayah Asia Pasifik (APROC), dunia tampaknya mesti siap untuk sekali lagi menyaksikan suatu kajaiban ekonomi baru yang akan diciptakan Taiwan guna menyongsong abad ke-21. (T. FA/RI4/SP03/10/07/95 09:03)

No comments:

Post a Comment