Manila, 27/1/2004
(ANTARA) - Kemajuan Indonesia untuk mencapai Sasaran Pembangunan
Milenium (MDG) PBB relatif lambat dibanding negara-negara lainnya, kata
Erna Witoelar, Duta Khusus PBB bagi MDG di Asia dan Pasifik, di Manila,
Selasa.
Menurut dia, Indonesia masih belum mencapai kemajuan terutama dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan kesehatan serta memelihara lingkungan hidup yang merupakan Sasaran ke 4, 5, 6 dan 7 MDG, jelas Erna kepada pers seusai menyampaikan pidatonya pada Pekan Air ke-2 yang diselenggarakan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB).
"Indonesia saat ini sebetulnya
sedang dalam proses membuat laporan MDG. Namun, bisa dikatakan bahwa
untuk Sasaran 1,2 dan 3 MDG, yaitu menyangkut pengentasan kemiskinan,
pendidikan, khususnya pendidikan dasar, dan gender, Indonesia termasuk
lumayan," katanya. Menurut dia, Indonesia masih belum mencapai kemajuan terutama dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan kesehatan serta memelihara lingkungan hidup yang merupakan Sasaran ke 4, 5, 6 dan 7 MDG, jelas Erna kepada pers seusai menyampaikan pidatonya pada Pekan Air ke-2 yang diselenggarakan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB).
Dalam pidatonya di depan sekitar 350 peserta Pekan Air ADB itu, Erna selaku Duta Khusus PBB menjelaskan bahwa MDG lahir dari Deklarasi KTT Milenium 2000 yang mengajak negara-negara untuk melakukan sebuah pendekatan yang menyeluruh, mementingkan manusia dan berdasarkan hak-hak dalam melaksanakan pembangunan.
Deklarasi yang diadopsi oleh 189 negara anggota PBB tersebut antara lain menetapkan target bahwa pada tahun 2015, jumlah penduduk yang tidak mempunyai akses untuk mendapatkan air bersih akan dikurangi hingga setengahnya.
Lebih dari tiga juta orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang disebabkan air yang tidak bersih. Satu dari tiga orang yang tinggal di Asia tidak mempunyai akses untuk mendapat air bersih yang cukup, dan separuh dari jumlah penduduk di Asia-Pasifik tidak dapat menikmati sanitasi yang layak.
Erna menjelaskan bahwa selama ini kampanye tentang sasaran ke 1 hingga 7 MDG tersebut di berbagai negara berkembang di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, baru saja dimulai. Selama ini, Ia banyak berkonsentrasi mendekati negara-negara maju untuk mendorong tercapainya sasaran ke 8 MDG, yaitu mengenai kemitraan global bagi pembangunan.
"Jika mengharapkan negara-negara miskin untuk mampu mewujudkan tujuh Sasaran tersebut, maka negara-negara kaya harus memberikan komitmen mereka jauh sebelum tahun 2015.
Dalam hal ini negara-negara maju berkomitmen untuk meningkatkan kuantitas dan memperbaiki kualitas bantuan, meringkankan beban utang dan memperluas akses bagi perdagangan dan teknologi bagi negara-negara berkembang," jelas Erna Witoelar.
Sementara itu, negara-negara berkembang, yang mengharapkan bantuan dari negara maju dalam memberantas kemiskinan, telah berjanji akan memperkuat kelembagaan, pemerintahan yang bersih dan kebijakan-kebijakan mereka.
"Kalau kita santai-santai saja dan tidak bisa memanfaatkan Kemitraan Global seperti di Sasaran ke-8 MDG, maka sangat berat bagi Indonesia untuk mencapai MDG. Padahal banyak negara-negara yang menyadari bahwa jika Indonesia dapat mencapai MDG, maka dampaknya sangat positif bagi kesetabilan di Wilayah Asia Pasifik," tegas Erna.
Penghargaan Air ADB
Pada acara pembukaan Pekan Air 2004 ini, Presiden ADB Tadao Chino menyampaikan Penghargaan Air ADB kepada Perusahaan Air Minum Phnom Penh (Kamboja) sebagai perusahaan pensuplai Air yang terbaik karena inovasi dan kepemimpinannya yang berhasil khususnya dalam pembiayaan dan pengelolaan proyek.
Penghargaan tersebut diterima oleh Manajer PAM Phnom Penh Ek Sonn Chan, yang berhasil memimpin perusahaannya meningkatkan jangkauan suplai air ke penduduk Ibu Kota Kamboja tersebut dari hanya sekitar 40 persen pada tahun 1993 menjadi lebih dari 80 persen.
Sementara itu, Michel Camdessus, ketua Panel Dunia mengenai Pembiayaan Prasarana Air, dalam pidato utamanya mengatakan bahwa krisis air merupakan salah satu ketidakadilan yang terburuk di dunia ini, khususnya terhadap wanita.
Untuk mengatasi krisis air ini, diperlukan komitmen dan tekad, disamping strategi global, uang dan pembiayaan yang jumlahnya harus dilipat gandakan, kata Camdessus, mantan ketua IMF (International Monetay Fund).
Menurutnya, target Air bagi Semua Orang merupakan 'mimpi' yang bisa terwujud karena target tersebut sangat realistis. Dana untuk membiaya proyek pelayanan air harus digandakan dan pendekatannya harus diubah, kalau perlu secara drastis, katanya.
Pekan Air ADB ini diselenggarakan hingga Jum'at (30/1) dengan tema Air untuk Rakyat Miskin: "Menetapkan Aturan dan Mendapatkan Dananya" dihadiri oleh ratusan peserta dari beberapa negara antara lain Australia, Bangladesh, Belgia, Filipina, India, Inggeris, Kamboja, Indonesia, Peranciss, Selandia Baru dan Uzbekistan.
Kegiatan Pekan Air tersebut antara lain meliputi diskusi sekitar masalah keterbatasan rakyat miskin untuk memperoleh akses mendapatkan air bersih dan bagaimana kebijakan dan peraturan yang tepat dapat membantu rakyat miskin memperoleh air. (t/f001/B/N001) 27/01/:4 16:50 2701041704 NNNN
No comments:
Post a Comment