Jakarta, 01-SEP-1994 - Bangkok menghias diri dengan lampu gemerlapan dan foto-foto cantik Ratu
Sirikit, sementara ratusan tamu penting berbaris memberi ucapan selamat
ulang tahun kepada Ratu Kerajaan Thailand yang memasuki usia 62 tahun
pada 12 Agustus 1994 itu.
Namun pada hari yang berbahagia itu Ratu Sirikit justru memusatkan perhatiannya pada hutan.
Dalam pidatonya di depan lebih dari 9.000 tamu penting dan pemirsa televisi pada acara resepsi di Istana Chitrlada, Ratu dalam pidatonya menghimbau rakyat negara Gajah Putih itu agar melestarikan hutan.
Namun pada hari yang berbahagia itu Ratu Sirikit justru memusatkan perhatiannya pada hutan.
Dalam pidatonya di depan lebih dari 9.000 tamu penting dan pemirsa televisi pada acara resepsi di Istana Chitrlada, Ratu dalam pidatonya menghimbau rakyat negara Gajah Putih itu agar melestarikan hutan.
Hutan membantu mengurangi bencana akibat banjir dan merupakan tempat sumber air, ujar Ratu kepada para tamu yang antara lain terdiri dari PM Thailand Chuan Leekpai, para menteri kabinet, pejabat tinggi, pungusaha terkemuka serta anggota parlemen.
Ia menyalahkan penggundulan hutan sebagai penyebab kekeringan di Thailand.
Menurut Almanak Lingkungan Hidup 1993, hutan meliputi sekitar 28 persen dari seluruh wilayah Thailand. Namun, area hutan tersebut makin menyusut terutama akibat penebangan untuk industri perkayuan, dan peladangan berpindah, yang akhirnya dilarang oleh Pemerintah Thailand pada 1989,.
Habitat berbagai jenis hewan di hutanpun terancam akibat pengrusakan hutan. Perburuan gelap terhadap hewan langka, merupakan masalah di bidang pelestarian lingkungan hidup.
Thailand juga menghadapi masalah banjir dan kekurangan air bersih karena banyak hutan yang gundul, sistem irigasi yang buruk, dan pemakaian air bersih yang boros.
Namun, berkat gencarnya kampanye yang dilancarkan pemerintah dan LSM, kesadaran rakyat Thailand terhadap pelestarian lingkungan hidup kini meningkat.
Untuk memperingati kenaikan tahta Raja Bhumipol yang ke-50, misalnya, pemerintah dan rakyat Thailand mulai mengumpulkan sumbangan bagi proyek reboisasi.
Ratu menggambarkan ketulusan hati rakyatnya untuk menyumbang tersebut sebagai sifat rakyat Thailand yang baik hati dan merupakan penggerak pembangunan masyarakat Thailand.
Dukungan PM
Seusai resepsi, Perdana Menteri Chuan Leekpai mengungkapkan dukungannya terhadap seruan Ratu mengenai pelestarian hutan dan mengimbau agar rakyat berpartisipasi aktif dalam konservasi hutan.
Pemerintah, menurutnya, telah menyetujui proyek-proyek perlindungan hutan dan reboisasi yang dikoordinasi kementerian pertanian dan kooperasi.
Ia juga telah melakukan konsultasi dengan pejabat instansi terkait untuk menyelamatkan hutan yang juga berfungsi sebagai penahan air.
"Kita harus dapat memastikan bahwa semua orang menyadari pentingnya fungsi hutan sebagai tempat penahan air dan agar mereka menghentikan pengrusakan hutan," ujar Chuan ketika menguraikan imbauan Ratu Sarikit.
Lahir pada 12 Agustus 1932 dengan nama Rachawong Ying Sirikit Kityakorn, Ratu Sirikit adalah puteri Pangeran Kitiyakara Woralak, putera ke-12 Raja Chulalongkorn (1868-1910), dan Momluang Bua Sanitvong.
Ketika ia berusia 16 tahun, ayahnya ditugaskan sebagai dubes Thailand untuk Perancis dan Denmark. Pada saat itu, ia sering bertemu dengan Bhumibol Adulyadej yang sering berkunjung ke Paris.
Mereka menjadi semakin akrab ketika Bhumibol mengalami kecelakaan lalu-lintas, dan Sirikit berkesempatan untuk merawatnya hingga sembuh.
Kedua pasangan ini akhirnya memutuskan untuk bertunangan pada 1949, dan melangsungkan perkawinan setahun kemudian. Bhumibol naik tahta pada 1950.
Pembersihan Kanal
Sementara rakyat menikmati hari libur pada HUT Ratu Sirikit yang juga dicanangkan sebagai Hari Ibu itu, sekitar 10.000 penduduk Bangkok sibuk membersihkan Kanal Saen Saep, salah satu kanal terkotor di ibu kota yang berpenduduk sekitar 6 juta tersebut.
Pembersihan kanal sepanjang 72 km itu diikuti oleh pejabat pemerintah, pelajar, wartawan serta sukarelawan lainnya dengan diiringi oleh sebuah perahu yang bermuatkan beberapa pemusik tradisional Thailand.
Kerja bakti yang akan berlangsung hingga 20 September itu dimulai dari wilayah tertua Bangkok hingga ke daerah industri dimana limbah memenuhi air sungai setempat.
Departemen pendidikan menyelenggarakan kerja bakti ini sebagai bagian dari perayaan HUT Ratu Sirikit, kata Thongkoon Hongpan, seorang sukarelawan, kepada harian The Nation.
Kanal-kanal di Bangkok, yang sering mengalami banjir, mempunyai fungsi sebagai 'pendingin' ibu kota ini selama musim panas yang menyengat, dan juga sebagai saluran air pada musim hujan, menurut George Papagiannis, seorang konsultan pada departemen pendidikan Thailand.
"Tak seorangpun sebelumnya peduli mengenai masalah lingkungan sampai keadaan menjadi hampir gawat," kata Papagiannis, dosen Universitas Florida, juga kepada the Nation.
Namun, setidaknya rakyat Thailand mulai sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup terbukti dari banyak kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan yang mereka selenggarakan dalam rangka HUT Ratu mereka.
Angkatan Bersenjata Thailanpun tak kalah aktifnya dalam bidang lingkungan hidup. Masih dalam rangkah HUT Ratu Sirikit, mereka mengadakan marathon 'reboisasi', yaitu sambil berlomba lari di daerah sekitar hutan, mereka menanam pohon bersama penduduk setempat. (ANTARA SPEKTRUM/T/Fardah Assegaf/RI4/SP04)
No comments:
Post a Comment