Monday, December 27, 1993

PERLU DIRUMUSKAN ETIKA GLOBAL UNTUK SELAMATKAN BUMI

     Jakarta, 27/12/1993 (ANTARA) - Dr Soeriaatmadja, asisten Menteri Lingkungan Hidup, berpendapat bahwa suatu etika global perlu dirumuskan dalam upaya untuk menyelamatkan Bumi karena usaha pelestarian lingkungan hidup menyangkut pula wawasan dan tata nilai kehidupan.
        Karena masalah lingkungan yang semakin parah, antara lain dengan makin berkurangnya sumber daya alam, manusia akan mempertanyakan apakah kaya itu hanya diukur dengan materi, ujarnya kepada ANTARA di Jakarta Senin.

        Menurut dia, ada tiga masalah besar yang menjadi perhatian Komisi Pembangunan Berkelanjutan yang dibentuk setelah KTT Bumi dan di mana Indonesia menjadi anggota.
        Tiga isu tersebut adalah perubahan iklim, upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan penanganan limbah berbahaya dan beracun.

         Akibat terjadinya efek rumah rumah kaca dan penipisan lapisan Ozon, terjadi perubahan pola iklim. Volume dan lamanya turun hujan meningkat, namun di belahan bumi lainnya, musim kering makin panjang.

        Terjadinya banjir di sejumlah negara saat ini kemungkinan bagian dari perubahan iklim tersebut, ujar Dr Soeriaatmadja.

        "Namun, kita perlunya banyak data untuk menganalisa pola iklim dunia saat ini. Dan karena hal itu mencakup wilayah yang luas, maka kejadian tersebut dipengaruhi pula oleh faktor-faktor yang tak pasti," jelasnya

        Ia mengakui untuk menangani masalah itu diperlukan teknologi yang belum banyak dikuasai oleh negara berkembang.
        "Tapi, yang tak kalah pentingnya dari penguasaan teknologi adalah perubahan sikap dan tata nilai kehidupan kita terhadap lingkungan. Banyak orang yang kini hanya mementingkan materi. Karena itu perlu dirumuskan suatu etika global untuk menyelamatkan bumi," tambahnya.

        Di Indonesia misalnya, walau sudah mempunyai falsafah Pancasila, masih banyak orang yang mengukur pembangunan hanya dari segi kuantitas, bukan kualitasnya, jelasnya.

        Tugas pelestarian lingkungan ini tidak mudah, tapi hal itu tak bisa ditunda, tegasnya.

    
        Lamban

        Dr Soeriaatmadja juga menilai upaya penanganan masalah lingkungan hidup di negara-negara berkembang umumnya lebih lamban dibanding di negara-negara maju.

        Kelambatan tersebut antara lain disebabkan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemeliharaan lingkungan, katanya.

        "Di Indonesia, dibanding pada 15 tahun lalu, memang kini ada peningkatan kesadaran masyarakat, tapi belum mencapai tingkat kesadaran yang diinginkan. Secara global pun, masih perlu perjuangan untuk mencapai hal itu," tambahnya.

        Ketika menyinggung soal Tahun Lingkungan Hidup 1993 yang dicanangkan Pemerintah atas inisiatif Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, ia mengatakan bahwa kampanye itu merupakan perwujudan kesadaran lingkungan dari instansi tersebut.

        Deparpostel sadar bahwa lingkungan bukan saja merupakan modal dasar wisata tapi juga faktor penting yang turut membentuk citra wisata suatu negara, jelasnya.

        Ia berpendapat, sulit untuk mengukur keberhasilan Tahun Lingkungan yang hanya berjalan setahun karena lingkungan menyangkut wawasan dan cara pandang.

        Menurutnya, setiap hari, bahkan setiap menit, mesti menjadi hari atau menit lingkungan sehingga tercipta suatu sikap yang memandu semua kegiatan pembangunan dengan pertimbangan lingkungan.

        Tahun Lingkungan Hidup 1993 yang merupakan bagian dari kampanye Dakade Kunjungan Indonesia itu juga bertujuan meningkatkan kesadaran pejabat dan masyarakat daerah akan pentingnya lingkungan yang lestari sebagai modal untuk menarik wisatawan, jelasnya. (T/RI4/PU.01/27/12/93 22:52/RU6/28/12/93 00:45)

        .
(T/RI4/PU.01/27/12/93 22:52/RU6/28/12/93 00:45) 

No comments:

Post a Comment