Thursday, March 22, 2012

Pumpunan - TIGA "G" JADI LANDASAN HUBUNGAN RI-TIONGKOK Oleh: Fardah

     Jakarta, 22/3/2012 (ANTARA) - Menjelang kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Beijing, Pemerintah Tiongkok makin menegaskan hubungannya yang erat dengan Indonesia dan dukungan kuatnya untuk membantu pembangunan di Indonesia.
      Tiongkok atau China menganggap Indonesia sebagai "3 G", yaitu `good friend, good neighbor and good partner` (teman baik, tetangga yang baik dan mitra yang baik), yang mempunyai peran penting di wilayah Asia, terutama ASEAN, kata Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Fu Ying, kepada sejumlah wartawan Indonesia, di Beijing, pada 13 Maret, 2012.
      "Kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono sangatlah penting karena akan memberi dorongan kuat bagi hubungan bilateral yang erat antara Tiongkok dan Indonesia," tegas Fu Ying, yang pernah bertugas sebagai diplomat di Jakarta, dari 1997 hingga 1999.
       Yudhoyono mengadakan lawatan kenegaraan di Beijing, 22-24 Maret, dan antara lain akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Hu Jintao untuk membahas masalah hubungan bilateral, regional, dan internasional.
       "Kami sangat menantikan kunjungan Presiden Yudhoyono. Beliau sudah berkunjung lima kali ke Tiongkok, dan ini kunjungan kenegaraan ke-2, sangat penting," kata Wamenlu yang masih terlihat cantik itu.
      Salah satu topik yang akan dibahas di Beijing adalah partisipasi Tiongkok dalam pembangunan enam koridor ekonomi Indonesia, ujarnya.

Tiongkok yang berpenduduk lebih dari satu miliar dan telah menjelma menjadi salah satu negara raksasa perekonomian dunia ini, mempunyai banyak pengalaman dan keahlian di bidang pembangunan infrastruktur


Pemerintahnya telah berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam pembangunan infrastruktur dengan antara lain menyediakan pinjaman ekspor preferensial (preferential export buyers` credit) sebesar 2,8 miliar dolar AS , yang 1,8 miliar dolar di antaranya telah digunakan oleh Indonesia, menurut Liang Wentao, Deputi Direktor Jenderal untuk Asia di Kementerian Perdagangan Tiongkok, di Beijing baru-baru ini.


Pinjaman itu antara lain telah digunakan untuk membangun jembatan Suramadu, yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura, dan merupakan jembatan terbesar yang menyeberangi lautan di Asia Tenggara.


Pemerintah Tiongkok juga mendorong rakyat China untuk melakukan lawatan wisata ke Indonesia, serta perusahaan China berinvestasi di Indonesia.


"Perekonomian anda (Indonesia) sehat. Konsumsi domestik menyumbang 50-60 persen untuk pertumbuhan ekonomi Anda. Indonesia juga berhasil menarik investasi dengan nilai yang besar. Tiongkok sangat senang dengan situasi ekonomi di Indonesia," kata Fu Ying.


Ia memuji Indonesia sebagai contoh negara yang berhasil menjalankan transisi politik dan ekonomi. Pihak Tiongkok ingin melihat Indonesia menjadi bangsa yang semakin kuat dan makmur, tambahnya.


"Kami merasa sangat nyaman dengan hubungan bilateral kami dengan Indonesia. Selama ini, kami tidak pernah menghadapi hambatan yang serius, atau perasaan yang buruk," katanya.




"Lokomotif"


Pernyataan yang serupa juga diungkapkan oleh Dubes RI untuk Tiongkok Imran Cotan yang menegaskan bahwa Indonesia memandang Tiongkok, yang kini merupakan "lokomotif" ekonomi dunia, sebagai peluang (opportunity) dan bukan tantangan (challenge).


"Banyak negara lain yang melihat Tiongkok sebagai `gadis cantik` yang kaya. Jadi mereka semua ingin mempunyai hubungan yang khusus dengan Tiongkok. Oleh karena itu tak heran jika tidak ada hari tanpa kunjungan pejabat penting dari berbagai negara ke Tiongkok," ujar Dubes Imran di Beijing, 14 Maret 2012.


Dubes berpendapat bahwa kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Beijing sudah waktunya mengingat undangan pemerintah Tiongkok kepada Presiden telah disampaikan beberapa kali sejak beberapa tahun lalu.


Pada tahun 2005, Presiden Hu Jintao melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia, dan mengundang Presiden Yudhoyono untuk melawat ke Beijing.


Sejak kedua negara menjalin kemitraan strategis pada tahun 2005, hubungan ekonomi dan perdagangan meningkat sangat tajam.


"Fondasi hubungan kedua negara semakin diperkokoh dengan ditandatanganinya Plan of Action kemitrraan Strategis pada tahun 2010, Joint Communique oleh Presiden Yudhoyono dan PM Wen Jiabao pada 2011 di Jakarta, dan kunjungan Presiden RI ke RRT pada akhir bulan ini," kata Dubes Imran.


Berdasarkan data Pemerintah Tiongkok, volume perdagangan kedua negara pada 2011 mencapai 60,58 miliar dolar AS, naik sekitar 42 persen dari 42,7 miliar dolar pada 2010. Kenaikan itu tercepat nomor dua di antara negara anggota ASEAN, setelah Myanmar.


"Indonesia saat ini mitra dagang terbesar nomor empat bagi Tiongkok di ASEAN setelah Malaysia, Singapura dan Thailand . Indonesia kelak akan menjadi mitra dagang nomor satu di ASEAN. Itu menjadi harapan saya pribadi," kata Liang Wentao.


Ia merasa puas melihat hubungan perdagangan kedua negara cukup sehat kerena nilainya hampir seimbang, dengan Tiongkok mengalami defisit hanya sekitar dua miliar dolar AS. Menurut versi pemerintah Indonesia, justeru Indonesia yang mengalami defisit.


Lebih dari 1.000 perusahaan Tiongkok telah menanamkan modal mereka dengan nilai total sekitar enam miliar dolar AS di Indonesia hingga 2010.


Namun, Dubes RI beranggapan nilai investasi itu belum mencerminkan kapasitas ekonomi Tiongkok yang "outward direct investment"nya mencapai 60,1 miliar dolar.


Ia optimis nilai investasi Tiongkok di Indonesia akan terus meningkat mengingat minat investor Tiongkok yang besar untuk berinvestasi di Indonesia karena Indonesia merupakan pasar yang sangat besar, secara politis stabil dan mempunyai kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia.


"Tiongkok merupakan mitra dagang Indonesia terbesar nomor dua setelah Jepang," kata Dubes RI.


Pada tanggal 15 Maret 2012, Dubes Imran meresmikan pembukaan kantor Konsulat Jenderal (konjen) RI di Shanghai, setelah sebelumnya Indonesia mempunyai kantor Konjen di Guangzhou dan Hongkong.


Di bidang politik, Wamenlu Fu Ying memuji peran Indonesia dalam menengahi masalah Laut China Selatan untuk mendapatkan solusi damai.


Masalah Laut China Selatan cukup rumit karena menyangkut negara-negara tetangga. Oleh karena itu, upaya mencari solusi damai sangat penting, tambahnya.


Tiongkok berharap Indonesia akan terus memainkan peranan yang konstruktif dan positif guna mempertahankan perdamaian dan stabilitas regional, ujarnya.


Eratnya hubungan Indonesia dan Tiongkok digambarkan lebih gamblang lagi oleh Deputi Direktor Jenderal Urusan Asia di Kemlu China Hong Liang, yang menegaskan "Kebijakan kami adalah kami ingin menjadi teman, mitra dan juga saudara bagi Indonesia."


Kedua negara harus bekerja sama erat untuk mendorong pembangunan ekonomi yang bisa membuat penduduk Indonesia dan China lebih sejahtera lagi, ujarnya. ***1***


(T. F001/ b/a011)

(T.F001/B/A011/A011) 22-03-2012 08:48:18

No comments:

Post a Comment