Kyoto, 16/3/2003
(ANTARA) - Forum Air Sedunia ke-3 dibuka secara resmi di Kyoto, Jepang,
pada hari Minggu dengan seruan yang dikumandangkan antara lain oleh tiga
pangeran, masing-masing dari Jepang, Maroko, dan Belanda, untuk
melakukan tindakan nyata guna menangani krisis air.
Putera Mahkota Kekaisaran Jepang Naruhito dalam pidato pembukaannya mengatakan, air yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, baik untuk penyediaan pangan maupun transportasi, sekarang ini sedang terancam masalah, seperti pencemaran, bencana alam dan kelangkaan, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia.
Putera Mahkota Kekaisaran Jepang Naruhito dalam pidato pembukaannya mengatakan, air yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, baik untuk penyediaan pangan maupun transportasi, sekarang ini sedang terancam masalah, seperti pencemaran, bencana alam dan kelangkaan, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia.
Naruhito mengatakan bahwa Forum itu sangat penting guna memperinci tindakan nyata lebih lanjut dalam melaksanakan keputusan-keputusan KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg, Afrika Selatan, tahun lalu, yang bertekad akan mengurangi separuh jumlah orang yang tidak dapat menikmati air bersih.
Pangeran Moulay Rashid dari Maroko dalam sambutannya mengharapkan agar Forum Kyoto ini mengambil tindakan nyata yang akhirnya dapat membawa perubahan mendasar pada sikap Pemerintah dan organisasi internasional terhadap masalah pengelolaan air.
Menurutnya, Pemerintah harus memberikan prioritas pada masalah air dalam berbagai program pembangunannya, dan memastikan bahwa air tersedia secara berkelanjutan dan demokratis bagi semua orang, serta dikelola secara transparan dan adil. Maroko menjadi tuan rumah Forum Air Sedunia ke-1 pada tahun 1997.
Putera Mahkota Kerajaan Belanda Willem-Alexander mengatakan, sangatlah penting mengubah visi tentang pengelolan air menjadi tindakan nyata guna memenuhi kebutuhan penduduk dunia yang terus bertambah, baik untuk keperluan sosial maupun ekonomi mereka.
Pangeran Willem yang ditunjuk menjadi duta khusus untuk Gerakan Air Sedunia pada Forum Air Sedunia ke-2 di Den Haag tahun 2000 lalu, menegaskan bahwa tidak ada masa depan jika tidak ada air.
"Sebenarnya air tersedia dengan cukup di seluruh dunia, tapi hanya jika kita mau mengubah cara pengelolaan dan penggunaan air. Kita harus bekerja sangat keras untuk mewujudkan tersedianya air bagi penduduk dunia secara aman," tegasnya.
Presiden Perancis Jacques Chirac yang berhalangan hadir karena situasi dunia yang tegang akibat konflik Iraq dan Amerika, juga menyampaikan pidatonya melalui video di depan peserta Forum.
Chirac mengingatkan bahwa tidak boleh ada orang menguasai kepemilikan sumber air, karena air adalah hak bagi semua orang. Ia mengingatkan bahwa pengelolan air yang efektif memerlukan dana yang cukup, oleh karena itu kepercayaan dan tanggungjawab harus diutamakan.
Upacara pembukaan itu ditutup dengan penyerahan Penghargaan Internasional Raja Maroko Hassan II bagi mereka yang telah melakukan dedikasi bagi pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional maupun global melalui tindakan-tindakan yang bersifat sosial, politik, budaya, ekonomi atau teknis.
Pemenang penghargaan yang didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa Raja Hassan II dalam pembangunan sektor air ini, adalah Dr. Mahmoud Abu-Zeid, menteri sumber daya air dan irigasi Mesir, dan Dr. Jerson Kelman, Presiden Direktur Badan Air Nasional Brazil. Masing-masing pemenang mendapat tropi, sertifikat dan uang sebesar 100.000 dolar AS.
Ketua Panitia Forum Air Sedunia ke-3, Ryutaro Hashimoto (mantan perdana menteri Jepang) melaporkan bahwa Forum yang berlangsung di tiga kota, yaitu Kyoto, Osaka dan Shiga, dari tanggal 16 hingga 23 Maret 2003 ini, akan diisi dengan 337 diskusi yang membahas 33 tema utama, antara lain mengenai hubungan air dengan kemiskinan, budaya, dan iklim.
Sekitar 10.000 orang, termasuk 150 menteri dan beberapa kepala negara, diharapkan menghadiri Forum yang diselenggarakan oleh Dewan Air Dunia (World Water Council) bekerjasama dengan Pemerintah Jepang dan beberapa organisasi dunia seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Dunia (ADB) ini.
Pada pertemuan tingkat menteri yang berlangsung tanggal 21-23 Maret 2003, Indonesia akan diwakili oleh Menteri Pemukiman, Prasarana and Wilayah Soenarno dan Menteri Pertanian Bungaran Saragih. Untuk tingkat pejabat senior, Indonesia diwakili oleh sejumlah direktur jenderal antara lain Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Depkimpraswil) Roestam Sjarief. (T/F001/PTI/J003) 16/03/:3 21:13
No comments:
Post a Comment